Gaza, mu4.co.id – Sejumlah petinggi militer Israel dilaporkan tengah bersiap melakukan pengunduran diri atau resign massal dari jabatannya, karena disebut tidak kuat lagi menghadapi beban perang yang berat.
Diketahui hal tersebut muncul setelah beredarnya kabar bahwa Komando Pusat pasukan pendudukan Israel, Mayor Jenderal Yehuda Fox yang juga akan mengundurkan diri pada Agustus mendatang, karena tidak kuasa menahan beban perang yang telah merenggut 1.200 nyawa warga Israel, serta 250 orang lainnya yang dinyatakan sebagai sandera perang.
Oleh sebab itulah para petinggi Israel lainnya juga menjelaskan bahwa pengunduran diri massal tersebut dilakukan lantaran mereka sangat terpukul karena gagal menangkis serangan Hamas yang dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu.
Baca juga: Hari ke-186 Perang Gaza, Ini Sejumlah Kemunduran Israel!
Untuk diketahui sebelumnya, Kepala intelijen militer pada Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Aharon Haliva telah lebih dulu mengumumkan pamit dari kursi jabatannya. Ia mengatakan bahwa pihaknya tak bisa menjalankan tugas negara dengan baik, dirinya pun merasa terpukul dan menyalahkan diri sendiri karena gagal menjamin keamanan bagi penduduk Israel.
“Saya menanggung rasa sakit akibat perang selamanya. Hari-hari saya kelam sejak saat itu, hari demi hari, malam demi malam,” ujarnya, dikutip dari tribunnews.com, Kamis (25/04/2024).
Keputusan tersebut pun menjadikan Haliva sebagai tokoh senior pertama di Israel yang mengundurkan diri terkait kegagalan mencegah serangan Hamas.
Akibat pengunduran massal tersebut, kini Israel pun terancam mengalami krisis pasukan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Juru bicara IDF yang mengungkap bahwa pihaknya sangat membutuhkan 7.000 tentara tambahan, dan 7.500 posisi tambahan untuk perwira dan bintara. Dimana jumlah tersebut melonjak dari target yang telah dijadwalkan, yang menandakan bahwa IDF kini mengalami krisis di Gaza selama hampir 150 hari perang.
Ditambah sebagian besar tentara cadangan dari batalion perang menolak perintah Perdana Menteri Benyamin Netanyahu untuk melanjutkan invasi melawan Hamas di jalur Gaza, karena disinyalir adanya gangguan dalam Unit akibat ketidaksepakatan antara mereka mengenai pendudukan di Rafah, Gaza, Palestina.
Bahkan, sejumlah pasukan dilaporkan kabur dari batalyon demi terhindar dari tugas perang melawan Hamas di jalur Gaza, yang mengakibatkan brigade baru Israel terancam bubar.
Sumber: tribunnews.com