Media Utama Terpercaya

12 Juni 2025, 19:40
Search

Kenali Bahaya Penggunaan Asbes, Kenapa di Indonesia Masih Tetap Digunakan?

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Atap asbes [Foto: Kompas.com]

Cianjur, mu4.co.id – Asbes terlihat seperti sebuah puing yang tidak mengancam jiwa, padahal sama mematikannya dengan virus berbahaya. Asbes ditemukan dihampir setiap tempat di Indonesia contohnya semua atap rumah abu-abu di Cianjur Jawa Barat menggunakan asbes.

Sadar akan bahaya asbes yang lebih dari 1 dekade ini, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jaringan Indonesia Larang Asbes, Muchammad Darisman mengedukasi warga desa tentang risiko penggunaan bahan bangunan berbahaya tersebut.

“Melakukan pembersihan di jalanan warga, ingat asbes itu paling berbahaya.” ucap Darisman

Menggunakan air menjadi penting sebelum mengambil potongan asbes untuk mencegah serat halus terlepas ke udara, sebab bahan tersebut bersifat karsinogenik. Jika asbes pecah maka seratnya lepas, dan ketika dihirup asbes akan berdampak terhadap kesehatan, contohnya penyakit asbestosis penyakit paru-paru yang tidak dapat disembuhkan dan berujung kanker.

Baca juga: Inilah Tips Tetap Sehat di Tengah Polusi Udara

Contohnya yang dialami oleh Tuniyah warga yang bersinggungan langsung dengan asbes.

“Awalnya saya belum percaya karena belum merasakan, tapi lama-lama jadi batuk dan mulai parah batuk tidak sembuh-sembuh, dan kemudian di cek di lab dengan rontgen positif kena penyakit paru-paru, banyak yang udah nggak ada, temen-temen yang di bawah saya umurnya banyak yang sudah meninggal.” ungkap Tuniyah.

Sebagian besar kasus asbestosis atau kanker paru-paru pada pekerja terjadi setelah 15 tahun orang tersebut pertama kali terpapar asbes.

Sebanyak 70% asbestos yang diproduksi di dunia digunakan di Asia dengan penggunaan terbanyak adalah Cina, India, dan Indonesia.

Di banyak negara penggunaan Asbes sudah dihentikan namun di Indonesia belum sepenuhnya. Di Indonesia asbes diproses untuk penggunaan atap semen yang bergelombang yang mayoritas digunakan oleh masyarakat bawah yang kurang akses, dan di jual murah.

Menurut laporan WHO pada tahun 2020 angka kejadian kasus baru asbestosis per tahun di Indonesia adalah 231 kasus, meski jumlahnya relatif kecil namun ancaman kesehatan jangka panjang yang mengintai nyata.

Baca juga: Indonesia Tempati Urutan Ke-2 Tuberkulosis di Dunia, Apa Penyebabnya?

LSM jaringan Indonesia Larang Asbes mendesak agar pemerintah berhenti mengimpor asbes sejak 2012. “Di luar negeri sebenarnya sudah melakukan pelarangan penggunaan asbes, tapi kenapa di Indonesia tidak. Ini ada faktor politik ekonomi yang pasti yang terlibat di sini.” kata Darisman.

Darisman menjelaskan mayoritas material asbes di Indonesia itu diimpor kemudian ada biaya cukai lalu masuk ke Kementerian Perdagangan dan masuk ke satu departemen dengan departemen yang lain sehingga saling lempar tanggung jawab.

Hingga perubahan bisa terjadi pencegahan sementara yang bisa dilakukan hanya mengubur potongan-potongan asbes yang mereka kumpulkan dalam tanah karena tempat pembuangan khusus juga belum tersedia.

Sumber: DW Indonesia

[post-views]
Selaras