Media Berkemajuan

23 Desember 2024, 14:40

Jepang Buang Limbah Nuklir ke Laut, Bagaimana Kondisi Perairan Indonesia? 

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Jepang buang limbah nuklir ke laut. [Foto: Kyodo via REUTERS]

Jakarta, mu4.co.id – Jepang mulai merealisasikan wacana membuang 1,25 juta ton limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudera Pasifik pada Kamis (24/8).

Lantas apa dampak yang akan dirasakan Indonesia dari bahaya pembuangan limbah nuklir Fukushima ke laut ini?

Dilansir dari CNN Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap kondisi laut Indonesia tidak akan terpengaruh dari pembuangan limbah nuklir Fukushima ke laut yang dilakukan saat ini.

Profesor riset di Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif BRIN Djarot Sulistio Wisnubroto membandingkannya dengan insiden kebocoran Reaktor Fukushima pada 2011.

Baca juga: Krisis Populasi, Benarkah Jepang Akan Punah?

Setelah kejadian tersebut, berdasarkan hasil monitoring para ahli, ia mengungkapkan tak ditemukan dampak signifikan di perairan Indonesia. Padahal, katanya, saat kecelakaan tersebut banyak kontaminan radioaktif yang terlepas ke laut.

“Pelepasan air terolah dari Fukushima yang telah dimulai, tak ada pengaruhnya bagi Indonesia,” kata Djarot dikutip dari CNNIndonesia.com, Jumat (27/8).

Ia menjelaskan limbah nuklir yang terbawa dengan air dan dibuang di laut itu, merupakan air olahan yang mengandung zat radioaktif tritium. Namun zat radioaktif itu dalam konsentrasi rendah, sehingga tidak memberikan efek negatif bagi biota laut maupun manusia.

Menurutnya, hasil monitoring pada 2011, tak ada dampak signifikan di perairan Indonesia.

Djarot juga memprediksi arus laut yang berasal dari Fukushima akan lebih mengarah ke timur dari pada ke selatan atau ke arah Indonesia. Namun tak menutup kemungkinan arus laut tersebut setelah sekian lama bisa ke selatan.

“Namun patut diketahui bahwa Jepang melepas air terolah tersebut selama 30 tahun, jadi sangat perlahan. Bersamaan dengan itu tritium juga akan meluruh (waktu paruh tritium 12,5 tahun, artinya dalam jangka waktu tersebut konsentrasinya tinggal separuhnya).”

“Jadi kalau sampai perairan Indonesia maka kadarnya sudah bisa diabaikan,” jelas mantan Kepala Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) itu.

Sementara itu Hefni Pakar Nuklir Universitas Gadjah Mada (UGM) Yudi Utomo Imardjoko mengatakan limbah nuklir mengandung zat radioaktif dengan umur yang panjang. Peluruhannya bisa membahayakan perairan dunia.

Zat radioaktif bisa menyebabkan dampak yang berbeda-beda bagi hewan dan manusia. Untuk manusia, bisa terasa pusing atau sakit kepala, epilepsi, pingsan, menyebabkan kanker, bahkan berujung kematian bila kadar kontaminasinya tinggi.

Baca juga: 18 Orang Meninggal Akibat Kebakaran Hutan di Yunani

Sedangkan untuk hewan bisa menyebabkan kematian. Terutama untuk biota laut yang terkontaminasi.

“Dan juga biota laut juga bisa mati. Karena dia (biota laut) kan menelan radiasi (zat radioaktif) yang berumur panjang, ya itu toksik (racun) semua. Intinya itu limbah radioaktif itu toksik.” kata dosen departemen teknik nuklir dan teknik fisika UGM ini.

Sumber: CNNIndonesia.com detik.com

[post-views]
Selaras