Jepang, mu4.co.id – Menurut data Kementerian Kesehatan Jepang, jumlah kelahiran di Jepang mencapai rekor terendah dengan total 720.988 bayi pada 2024, menurun 5% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menandai penurunan selama sembilan tahun berturut-turut.
Meski pemerintah telah mengambil langkah untuk mendorong kelahiran, penurunan ini tetap berlanjut. Sementara itu, jumlah kematian mencapai 1,62 juta, lebih dari dua kali lipat jumlah kelahiran, mencerminkan populasi yang menua dan menyusut dengan cepat.
Meskipun tingkat kesuburan di Korea Selatan meningkat pada 2024 untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun, Jepang justru masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan dalam peningkatan kelahirannya.
“Di balik penurunan kelahiran di Jepang adalah lebih sedikit pernikahan dalam beberapa tahun terakhir, yang berasal dari pandemi Covid-19,” ujar Takumi Fujinami, seorang ekonom di Japan Research Institute, dikutip dari CNBC, Selasa (4/3).
Baca Juga: Krisis Populasi, Benarkah Jepang Akan Punah?
Jumlah pernikahan di Jepang meningkat 2,2% pada 2024 menjadi 499.999, tetapi ini terjadi setelah penurunan tajam sebelumnya, termasuk penurunan 12,7% pada 2020, dengan dampak yang bisa berlanjut hingga 2025.
Berbeda dengan negara Barat, mayoritas besar bayi di Jepang lahir dalam pernikahan, menunjukkan hubungan erat antara pernikahan dan kelahiran.
Meski terlalu dini untuk melakukan perbandingan yang berarti antara Jepang dan Korea Selatan, Fujinami menekankan pentingnya meningkatkan peluang kerja dan mengurangi kesenjangan gender agar lebih banyak anak muda terdorong untuk menikah dan memiliki anak.
Para ahli menilai peningkatan di Korea Selatan dipengaruhi dukungan pemerintah dalam keseimbangan kerja-keluarga, pengasuhan anak, perumahan, serta kampanye bagi pebisnis untuk mendorong karyawan memiliki anak.
(CNBC)