Media Berkemajuan

27 Juli 2024, 08:12

Jajanan Indonesia Banyak Mengandung Lemak Trans, Ketahui Bahayanya!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
WHO temukan banyak jajanan Indonesia yang mengandung lemak trans [Foto: istockphoto.com]

Jakarta, mu4.co.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan banyak produk pangan dan jajanan yang beredar di Indonesia yang mengandung Asam lemak trans (ALT) setelah melakukan penelitian di Jakarta dan Bogor pada tahun 2023.

Penelitian tersebut menggunakan 130 sampel dari 4 kategori makanan yang diuji di laboratorium. Dimana ditemukan 11 dari 130 sampel atau sekitar 8,46% mengandung lemak trans lebih dari dua persen total lemak, melebihi rekomendasi dari WHO.

“Temuannya menunjukkan bahwa hampir 10% sampel mengandung lemak trans melebihi ambang batas yang direkomendasikan WHO, yakni kurang dari 2 g/100g total lemak,” ucap dr Lubna Bhatti, Team Lead NCDs and Healthier Population, WHO Indonesia, Senin (06/05/2024).

Lebih lanjut dr Lubna mengatakan bahwa kadar lemak trans yang tinggi banyak ditemukan pada jajanan yang banyak dikonsumsi, seperti biskuit, wafer, produk roti, dan jajanan kaki lima seperti martabak dan roti maryam.

Baca juga: Wujudkan PJAS yang Aman, BBPOM Banjarmasin Sosialisasikan Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah!

Adapun lemak trans sendiri merupakan asam lemak tak jenuh yang berasal dari industri dari proses hidrogenasi pada minyak nabati, yang mengubah minyak dari cair menjadi padat, dan menghasilkan minyak yang terhidrogenasi sebagian.

Dimana jika mengkonsumsi dalam jumlah yang besar akan berkaitan dengan peningkatan risiko serangan jantung dan kematian akibat penyakit jantung koroner. Selain itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), dr Eva Susanti juga mengatakan lemak trans juga memiliki kaitan dengan penyakit tidak menular lainnya, seperti kanker hingga diabetes.

“Kemudian juga dia terkait langsung juga risiko dengan preeklamsi, kemudian sistem kehamilan atau memperpendek masa kehamilan sehingga risiko keguguran, kemudian gangguan sistem saraf, kanker usus besar, obesitas, diabetes, dan alergi,” katanya.

“Jadi sebenarnya bukan jantung saja. Kemudian kalau kita lihat stroke juga bisa berpengaruh, biasanya kan stroke terjadi karena penyumbatan karena kandungan LDL. Tadi juga disampaikan risiko utama lemak trans bisa menyebabkan kadar LDL jadi lebih tinggi,” sambung dr Eva.

Tak hanya itu, dr Eva juga menyebutkan sekitar 26,7% warga Indonesia mengonsumsi lemak yang berlebihan. Ditambah lagi, tak sedikit juga dari mereka yang malas beraktivitas fisik. Hal itulah menurutnya yang juga menjadi faktor risiko angka kematian akibat PTM tinggi di Indonesia.

Sumber: detik.com

[post-views]
Selaras