Jakarta, mu4.co.id – Dua perusahaan raksasa minyak dan gas bumi (migas) dunia sebentar lagi akan resmi angkat kaki dari Indonesia. Kedua perusahaan itu adalah Shell dan juga perusahaan asal Amerika Serikat (AS) Chevron.
Shell akan meninggalkan proyek gas Raksasa Blok Masela bersamaan dengan dibelinya 35% sahamnya oleh PT Pertamina (Persero) dan juga Petronas, yang dikabarkan sudah deal, dan akan tuntas pada bulan Juli 2023 ini.
Sementara Chevron akan keluar dari proyek gas laut dalam Indonesia Deepwater Development (IDD) di Kalimantan Timur, bersamaan dengan sudah adanya pengganti Chevron yakni perusahaan migas asal Italia, ENI.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengungkapkan pengalihan hak partisipasi dari Shell ke Pertamina ini telah disepakati pada akhir Juni lalu. Sementara itu, proses penandatanganan perjanjian pengalihan hak partisipasi akan dilakukan pada bulan Juli ini.
“Sudah deal di Juni kemarin. Juli direncanakan penandatanganan agreement-nya,” ucap Dwi
Baca juga: Penjualan BBM Sempat Turun, Hiswana Migas: Sudah Normal Kembali
Pertamina tak sendiri, Dwi menyampaikan, Pertamina akan mengelola 35% saham Shell di Blok Masela bersama dengan Petronas. Kelak, Pertamina akan memiliki 20% dan Petronas sebesar 15%.
“Kalau tidak salah rencananya mungkin ini tergantung nanti terakhir mereka, kalau ga salah 20% Pertamina, 15% Petronas,” ucap Dwi saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Selasa (04/07/2023).
Dia mengatakan, bergabungnya Petronas untuk mengakuisisi hak partisipasi Shell ini untuk mengurangi beban Pertamina.
Sementara untuk Chevron, Dwi menyebutkan bahwa ENI sudah dipastikan akan menduduki posisi Chevron sebelumnya dalam proyek gas laut dalam tersebut. Saat ini, ujar Dwi, ENI sudah dalam tahap finalisasi untuk perjanjian penggarapan proyek IDD. “IDD Sudah firm Chevron diganti dengan ENI dan sekarang sudah dalam tahap finalisasi untuk perjanjiannya,” ujar Dwi.
Nantinya, lanjut Dwi, proses perjanjian diharapkan akan selesai di bulan Juli 2023 ini. Sehingga ENI akan melanjutkan proyek gas bumi yang terletak di Kalimantan Timur itu. “Kita harapkan Juli juga akan tuntas juga lah untuk IDD, Juli Ini,” tambah Dwi.
Baca juga: Kabar Duka, Putra Terbaik Kalsel Sosok di Balik Batalnya UU Migas dan UU SDA Wafat
Perlu diketahui, kedua proyek migas tersebut bisa dikatakan proyek “raksasa” karena membutuhkan investasi jumbo dan bisa memproduksi minyak dan gas bumi dalam jumlah besar pula. Keduanya pun masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Dana yang dibutuhkan Proyek Masela ini diperkirakan akan menelan biaya hingga US$ 19,8 miliar, belum termasuk penggunaan teknologi CCUS tersebut. Bila penerapan teknologi CCUS bisa meningkatkan investasi sekitar US$ 1,4 miliar, artinya investasi proyek gas Blok Masela ini bisa melonjak menjadi US$ 21,2 miliar atau sekitar Rp 318 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$).
Proyek ini ditargetkan bisa menghasilkan gas “jumbo” sebesar 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari. (cnbcindonesia.com)