Media Berkemajuan

22 November 2024, 08:55

Dinas Pertanian Siapkan Strategi Hadapi El Nino di Pertanian HST

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
El Nino Waduk Mengering [Foto: detik.com]

Barabai, mu4.co.id – Peristiwa El Nino secara umum berdampak pada penurunan curah hujan di Indonesia dan umumnya dirasakan kuat pada musim kemarau, yaitu pada bulan Juli-Agustus-September-Oktober.

Dampak El Nino bergantung pada intensitas El Nino, durasi El Nino, dan musim yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu, kewaspadaan perlu ditingkatkan dalam bulan-bulan tersebut, apalagi lagi banyak daerah di Indonesia yang akan memasuki puncak musim kemarau.

Dampak El Nino menyebabkan ratusan hektar sawah para petani di Hulu Sungai Tengah (HST) terancam gagal panen.  Hampir seluruh petani mempunyai keluhan yang sama, yaitu keringnya lahan sawah sehingga menyebabkan ancaman gagal panen.

Petani di Desa Banua Jinggah, HST, M Riswan mengaku bila musim kemarau ini terus berlanjut maka resikonya adalah gagal panen. “Melihat situasi seperti ini, sudah pasti semua petani memiliki keluhan yang sama yakni kekeringan persawahan yang berkepanjangan,” jelasnya.

Riswan juga mengatakan, Pemerintah Kabupaten HST harus mencari solusi kekeringan ini melalui instansi terkait, “Kita minta carikan solusi agar padi-padi yang sudah ditanam ini tidak mati kekeringan karena dampaknya sangat buruk bagi petani yang mata pencahariannya mengutamakan persawahan,” jelasnya, Sabtu, (02/09/2023).

Baca juga: Agustus Diprediksi Puncak El-Nino. Waspadai Berbagai Aspek!

Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Dinas Pertanian HST, Budi Satrya Tanjung membenarkan bahwa beberapa petani telah melapor terkait situasi El Nino. “Sudah kita data dan kita survey ke lapangan . Total sawah terdampak El Nino di HST mencapai kurang lebih 318,3 Hektar.”

Budi mengatakan 318,3 hektar sawah yang terdampak El Nino ini tersebar di seluruh wilayah Kabupaten HST.

“Dari hasil pantauan kita di lapangan luas sawah yang paling terdampak ada di Desa Hilir Banua, Kecamatan Pandawan kurang lebih 60 hektar, Desa Setiap, Kecamatan Pandawan kurang lebih 50 hektar dan Kayu Rabah kurang lebih 40 hektar,” jelasnya.

Terkait hal tersebut, Budi juga mengatakan Dinas Pertanian telah menyiapkan strategi dengan mengadakan rapat koordinasi dengan pihak Relawan Balakar untuk membantu alat pompa air.

“Tadi malam kita sudah koordinasi bersama Balakar yang punya pompa air untuk membantu para petani tersebut,” jelasnya.

Diakui Budi, solusi jangka pendeknya adalah dengan menyediakan pompa air yang saat ini sedang dikoordinasikan. “Kita memang kekurangan pompa air jadi kita minta bantuan Balakar yang ada di kecamatan khusunya wilayah yang memang paling terdampak.” pungkasnya.

Sumber: banjarmasin.tribunnews.com, pertanian.go.id

[post-views]
Selaras