Media Berkemajuan

27 Juli 2024, 11:34

Demi Bayar Sekolah, Nuraini Rela Jadi Kuli Panggul

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Demi Bayar Sekolah, Nuraini Rela Jadi Kuli Panggul. [Foto: makassar.kompas.com]

Sulawesi Selatan, mu4.co.id – Demi membayar sekolah seorang gadis bernama Nuraini asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, rela menjalani pekerjaan sebagai kuli panggul semen. Ia telah menjalani pekerjaan ini selama bertahun-tahun semenjak ia kelas 3 sekolah menengah pertama (SMP).

Pekerjaan itu ia jalani hingga duduk di bangku kuliah. Hanya saja, pekerjaan tersebut dilakukannya saat pulang ke Pinrang sewaktu libur kuliah. Saat ini, Nuraini merupakan mahasiswi semester 4 di Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Ema Anak Tukang Becak Meraih Gelar Sarjana

Nuraini menjadi kuli panggul di salah satu toko bangunan di Pinrang. Pekerjaan itu dijalaninya bersama orangtua dan empat adiknya. Dari pekerjaan tersebut ia mendapat upah Rp600 untuk setiap satu sak semen yang diangkat. 

Biasanya, Nuraini bisa menurunkan sekitar 800 sak semen dari mobil menuju toko bangunan. 

“Dalam satu mobil kami sekeluarga mendapat upah Rp 800.000 sekali bongkar. Hasil kerja keras kami itu dipakai orang tua membiayai pendidikan kami,” ujarnya, Kamis (6/1/2022).

Nuraini juga menceritakan alasan mengapa dirinya melakukan pekerjaan ini, ia bertekad ingin membantu orang tuanya. Dia merasa terpanggil untuk meringankan beban keuangan yang ditanggung orang tuanya. 

“Mereka kadang pulang larut malam, setelah mengetahui pekerjaan mereka jadi kuli panggul semen, saya memutuskan mengajak adik-adik saya untuk membantu pekerjaan mereka,” ucapnya. 

Ayah Nuraini, Masdar, mengatakan bahwa kondisi fisiknya saat ini sudah tidak bisa lagi bekerja secara maksimal. Hal yang sama juga dialami istrinya.

Terlebih lagi, ayah dan ibu Nuraini tersebut merupakan penyandang disabilitas. 

“Salah satu tangan saya kaku, sementara kaki istri saya (ibu Nuraini) pincang karena kecelakaan kerja beberapa tahun lalu. Kaki istri saya tertimpa semen dari atas mobil,” ungkapnya. 

Masdar menjelaskan, anak-anaknya ikut menjadi kuli panggul semen karena ingin terus bersekolah. Ia mengaku tak kuasa melarang anaknya bekerja keras demi pendidikan. “Intinya mereka harus tetap sekolah apapun pekerjaan kami,” tandasnya.

Setelah bertahun-tahun menjalani pekerjaan ini, Nuraini mengaku sudah terbiasa memanggul sak semen yang beratnya bisa mencapai belasan hingga puluhan kilogram itu. Ini berbeda dengan yang dirasakannya ketika pertama kali menjadi kuli panggul. 

Awal mula bekerja, dia memandang kuli panggul adalah pekerjaan yang berat. “Awalnya saya rasakan luka lecet di bagian bahu, pengaruh memanggul semen. Namun karena terbiasa, akhirnya bahu ini sudah keras, layaknya semen.” candanya disambut tawa keluarganya. (makassar.kompas.com)

[post-views]
Selaras