Media Utama Terpercaya

22 Juni 2025, 02:57
Search

Begini Kisah Vio, Pendaki Gunung Slamet yang Sempat Hilang!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Pendaki Gunung Slamet
Vio ceritakan pengalaman tersesat saat di Gunung Slamet. [Foto: mu4.co.id]

Jawa Tengah, mu4.co.id – Naomi Daviola Setyanie alias Vio (17), seorang pendaki asal Semarang menceritakan pengalamannya tersesat selama 3 hari 2 malam saat menuruni Gunung Slamet

Vio memulai pendakiannya melalui jalur Bambangan, Purbalingga, pada Sabtu (5/10) bersama kelompok mendakinya. Namun saat perjalanan turun pada Ahad (6/10), Vio kehilangan jejak pendaki di depan dan belakangnya yang membuatnya panik hingga akhirnya tersesat.

Vio berhasil ditemukan oleh tim pencari di Pos 7 Gunung Slamet pada Selasa (8/10) pagi dan tiba di rumahnya di Semarang pada malam hari. 

Kronologi pendakian ke Gunung Slamet

Diketahui, Vio mendaki bersama sekelompok orang yang dikenalnya lewat TikTok dan sebelumnya pernah mendaki Gunung Ungaran.

“Awalnya aman-aman saja, jalan sesuai jalurnya. Naik puncak juga sesuai jalurnya. Sampai Plawangan itu jam 10.00 WIB, dapat sunrise di perjalanan. Terus naik ke puncak sampai atas sekitar jam 12.00 WIB,” ucap Vio, dikutip dari detik jateng, Kamis (10/10).

Vio tergabung dengan kelompok 3 yang terdiri dari 7 orang. Namun, tiga orang dalam kelompok tersebut telah turun terlebih dahulu. Sementara itu, Vio bersama dua pria dan satu wanita lainnya baru mulai mendaki ke puncak.

Baca Juga: Mahasiswa ULM Hilang Saat Lakukan Penelitian di Hutan Kapuas. Bagaimana Kronologinya?

“Kita naik berempat, terus turun kita berempat, kita gandengan. Mas-mas rambut pirang duluan, saya mau nyusul, saya kira saya bisa nyusul tapi ternyata nggak. Saya capek, saya istirahat dulu,” ungkap Vio.

“Saya nengok ke belakang masih ada orang. Tapi nengok lagi yang ketiga (kali) itu sudah nggak ada (orang). Depan awalnya ada orang itu juga nggak ada. Cerita mereka (dua orang di belakangnya) juga sama, mereka nengok ke saya yang ketiga (kali) itu udah nggak ada,” sambungnya.

Saat melihat medan di depannya yang hanya berupa hutan tanpa ada orang lain, Vio menjadi panik dan mulai berteriak meminta bantuan. Namun, tidak ada seorang pun yang muncul untuk menolongnya pada saat itu.

“Kemarin ada yang bilang saya ambil jalur kanan, padahal nggak, saya ambil jalur tengah. Bingung harus ke mana, lewat mana, benar-benar sendiri di sana,”

Dalam keadaan panik, ia mencoba menyusuri hutan untuk mencari jalan keluar. Setelah berjalan cukup jauh, Vio menemukan sebuah pagar, namun tidak tahu ke mana pagar itu akan membawanya, sehingga ia memutuskan untuk kembali naik.

Saat hujan mulai turun, Vio memutuskan untuk mengenakan jas hujan. Dia duduk untuk beristirahat sambil berusaha mengatasi rasa takut yang muncul dalam situasi tersebut.

“Terus akhirnya turun, istirahat tapi nggak bisa benar-benar tidur. Cuma nyandar di batu pakai tongkat trekking pole. Setahu saya yang saya dudukin itu jeglong, tapi waktu bangun udah gundukan tanah. Di situ saya liat sunrise, nggak bisa foto karena HP mati dari Minggu, powerbank nggak tahu di mana juga,”

Saat sedang kebingungan, tiba-tiba seekor burung muncul di hadapan Vio. Burung tersebut seolah-olah menunjukkan jalan yang benar, sehingga Vio memutuskan untuk mengikuti arah burung itu. Namun, jalan yang ditunjukkan oleh burung tersebut sangat sulit dilalui, sehingga ia mengalami beberapa luka selama perjalanannya.

Karena belum menemukan jalan keluar, Vio memutuskan untuk kembali naik. Selama tersesat, ia bertahan dengan hanya mengandalkan 6 potong roti sobek dan sebotol air mineral 1,5 liter yang ia isi ulang dari mata air.

Saat hujan badai melanda pada Senin (7/10) pukul 16.00 WIB, Vio memutuskan untuk berhenti dan bersandar pada pohon hingga akhirnya tertidur. Ketika terbangun sekitar pukul 20.00 WIB, dia melihat secercah cahaya yang menembus kegelapan hutan.

Baca Juga: Pencarian Mahasiswa ULM yang Hilang di Hutan Kapuas Sempat Ingin Dihentikan, Ini Kata Basarnas!

“Saya lihat ke belakang ada senter, tapi nggak tahu itu orang atau bukan. Habis itu jam 20.00 WIB saya milih tidur lagi, tapi nggak tenang hatinya, takut ada apa-apa,” ucapnya.

“Paginya makan, minum, lihat sunrise, ditunjukin lagi sama burung, ada 3. Jengkelnya burung itu ngarahin ke yang akar-akar semua, kalau akar diinjak kan patah, kalau patah itu saya jatuh,”

Setelah berjalan cukup jauh, sekitar pukul 09.00 WIB, Vio mendengar suara orang berteriak. Saat itu, perasaannya langsung lega dan seolah harapan baru muncul dalam dirinya.

“Ada yang teriak-teriak ‘Mbak Vio di mana?’ saya bilang ‘saya di sini’. Di situ saya lega banget udah ditemuin. Akhirnya ditolong sampai bawah,”

Vio segera memeluk salah satu anggota tim SAR gabungan yang datang menjemputnya, membuat Vio menangis lega. Mereka kemudian turun dari gunung pada Selasa (8/10) mulai pukul 10.00 WIB pagi hingga sampai pada pukul 16.00 WIB.

Tim SAR diketahui memulai pencariannya pada Senin dengan dua jalur yaitu dari Bambangan ke Gunung Malang, dan sebaliknya. Vio pun ditemukan Selasa pagi dengan kondisi sehat namun lemas karena hanya memakan potongan roti selama 2 malam tersesat.

(detik jateng)

[post-views]
Selaras