Argentina, mu4.co.id – Negara di Amerika Selatan, yakni Argentina masih berada dalam cengkeraman krisis ekonomi yang parah, dan kini mereka tengah berjuang untuk mengatasi percepatan kenaikan harga yang berdampak buruk pada daya beli masyarakat.
Untuk bertahan hidup, banyak warga Argentina mulai mengais kontainer sampah tempat sisa buah dan sayur untuk untuk kemudian dimakan karena tidak punya cukup uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Bahkan, banyak di antara para pengais sampah ini merupakan orang lanjut usia.
Seorang penjual buah dan sayur di Buenos Aires, Sandra Boluch mengatakan bahwa dirinya bertemu lebih banyak orang setiap harinya yang melakukan hal tersebut, yang sebelumnya jarang terjadi.
“Kami memiliki beberapa kontainer di belakang tempat sampah dibuang. Sebenarnya ini adalah sesuatu yang sangat sulit, sangat menyedihkan karena ada banyak orang dan banyak orang lanjut usia. Ini sangat parah,” kata Boluch, dikutip dari cnbcindonesia.com, Ahad (17/03/2024).
Mereka dikejutkan dengan laju inflasi bulanan yang lambat lebih dari diperkirakan, yakni mencapai 13,2% month-on-month (mom) pada Februari 2024. Dan laju inflasi tahunan Februari naik menjadi 276,2% year-on-year (yoy). Sebenarnya, angka ini di bawah perkiraan konsensus sebesar 282,1% yoy.
Namun, hal tersebut tetap menjadikan Argentina sebagai negara dengan inflasi terburuk di dunia. Hal itu pun juga menghantam daya beli masyarakat serta meningkatkan tingkat kemiskinan.
Baca juga: Jepang Alami Resesi Ekonomi Awal 2024, Karena Ini, Simak Selengkapnya!
Menanggapi hal tersebut, pemerintah Argentina pun akhirnya meluncurkan pertukaran utang peso secara besar-besaran demi membantu menstabilkan krisis perekonomian yang berpotensi membuka jalan bagi Presiden Javier Milei untuk mencabut kontrol mata uang.
Diketahui sebelumnya di Desember 2023 lalu, Presiden Milei juga sempat menjalankan rencana mengembalikan perekonomian Argentina ke jalur yang benar melalui devaluasi. Pemerintah negara tersebut dengan sengaja membiarkan mata uang peso anjlok lebih dari 50% menjadi 801 per dolar saat itu, yang juga mencakup pemotongan subsidi energi, pengurangan anggaran pemerintahan, dan penghentian tender pekerjaan umum dalam upaya mengurangi defisit hingga nol.
Menurut seorang profesor ekonomi terapan di Universitas Johns Hopkins, Steve Hanke, percaya bahwa solusi yang harus diambil adalah dengan Milei memenuhi janji kampanyenya untuk mendolarisasi perekonomian dan menghapuskan bank sentral. Ia menggambarkan langkah ini sebagai “jenis operasi yang paling efektif”.
“Mereka tidak perlu mengulur waktu, jika mereka melakukan dolarisasi perekonomian dan menyingkirkan bank sentral- sesuatu yang Milei janjikan selama kampanyenya, maka masalah tersebut akan diperbaiki. Dan hal itu mungkin dilakukan, dan menurut saya hal itu sangat diinginkan,” kata Hanke.
“Mereka tidak akan mengalami gagal bayar berulang kali jika mereka melakukan dolarisasi pada tahun 1999. Namun bagaimanapun juga, sepertinya Milei telah mengesampingkan masalah dolarisasi dan saya pikir itu akan mengakhiri Milei. Ini kesalahan fatal,” tambahnya.
“Mereka tidak akan pernah bisa keluar dari situasi ini dengan bermain-main dengan rekayasa keuangan ini, berusaha keras dan mencoba menerapkan program Dana Moneter Internasional (IMF) yang benar-benar standar. Program-program ini tidak berhasil dan mereka mempunyai sejarah tidak berhasil,” Lanjut Hanke.