Media Utama Terpercaya

7 Juni 2025, 19:38
Search

Agustus Diprediksi Puncak El Nino. Waspadai Berbagai Aspek!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Ilustrasi dampak El Nino [Foto: halojabar.com]

Banjarmasin, mu4.co.id – El Nino diprediksi bakal mencapai puncaknya mulai Agustus. Fenomena iklim pemicu turunnya curah hujan itu mulai muncul dalam kondisi lemah. Meski begitu, hujan diperkirakan masih akan terjadi. 
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati sebelumnya mengungkap puncak El Nino akan terjadi mulai Agustus hingga September.

“Dan El Nino ini intensitasnya lemah hingga moderat, sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan, juga produktivitas pangan atau berdampak terhadap ketahanan pangan,” lanjutnya.

El Nino merupakan fenomena pemanasan muka air laut di Samudera Pasifik yang berdampak pada penurunan curah hujan global, termasuk di Indonesia.

BMKG sempat mengungkap potensi kemarau kering imbas kemunculan El Nino. Terlebih, ada potensi kebangkitan fenomena sejenis dari Samudera Hindia berupa Indian Ocean Dipole (IOD) pada periode yang sama.

Menurut Ikhtisar Cuaca Harian BMKG untuk Senin (31/7), Indeks NINO 3.4 yang mengindikasikan tingkat El Nino berada pada angka +1,0.

“El Nino lemah,” kata BMKG.

Indikator El Nino lainnya, Southern Oscillation Index (SOI), ada pada angka -3,1 alias tidak signifikan. Begitu pula Dipole Mode Index (DMI), yang menunjukkan tingkat fenomena pemicu curah hujan lainnya, IOD, dalam kondisi tak signifikan (+0,01).

Baca juga: Suhu Udara Memanas, Benarkah Indonesia Terdampak Gelombang Panas?

Pada saat yang sama, sebagian daerah Indonesia diprediksi masih bakal terdampak hujan pada pekan-pekan awal Agustus.

“Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terdapat di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua,” demikian dikutip dari Prospek Cuaca Seminggu ke Depan Periode 1–7 Agustus di situs BMKG, Senin (31/7).

BMKG pun mengungkap beberapa aktivitas fenomena atmosfer regional dan lokal yang memengaruhi pertumbuhan awan hujan pekan awal Agustus.

Gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprakirakan masih aktif di sebagian Sumatra bagian selatan, Jawa bagian barat hingga tengah, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi bagian selatan, Maluku, dan Papua.

“Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut,” kata BMKG.

Ada pula pemicu hujan berupa daerah konvergensi (zona pertemuan angin dari utara dan selatan) di Laut Andaman, di Perairan barat Sumatra, dari Kalimantan Timur hingga Malaysia, dari Laut Banda hingga Selat Makassar, dan dari Papua hingga Papua Barat.

“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.”

Baca juga: Dinkes Kalsel Berikan Imbauan Antisipasi Cuaca Panas Ekstrem

Dwikorita juga mengingatkan ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan imbas fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang mengakibatkan kekeringan. Situasi ini berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional.
“Pemerintah daerah perlu melakukan aksi mitigasi dan aksi kesiapsiagaan segera. Lahan pertanian berisiko mengalami puso alias gagal panen akibat kekurangan pasokan air saat fase pertumbuhan tanaman,” kata Dwikorita, mengutip laman resmi BMKG.

“Di sektor perikanan, perubahan suhu laut dan pola arus selama El Nino dan IOD positif yang mendingin, biasanya justru berpotensi meningkatkan tangkapan ikan. Peluang dari kondisi ini harus dimanfaatkan karena dapat mendukung ketahanan pangan nasional,” lanjut dia.

Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, maka pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali.

Dwikorita memprediksi puncak kemarau kering ini akan terjadi pada Agustus hingga awal September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022.

Plt Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyatakan kondisi kekeringan ini juga berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Kemarau kering yang melanda akibat El Nino dan IOD positif diperkirakan akan membuat debit air sungai maupun sumber mata air mengalami penurunan sehingga dapat berdampak pada ketersediaan dan pasokan air bersih. (cnnindonesia.com)

[post-views]
Selaras