Jakarta, mu4.co.id – Mobil listrik saat ini semakin diminati, namun salah satu aspek penting yang sering dibicarakan oleh pengguna mobil listrik adalah metode pengisian daya cepat atau fast charging.
Fast charging sendiri merupakan metode pengisian daya dengan arus listrik yang lebih besar, sehingga baterai dapat terisi lebih cepat dibandingkan dengan pengisian daya biasa. Teknologi tersebut dapat menghemat waktu pengisian daya secara signifikan. Namun, fast charging juga dapat menimbulkan lebih banyak panas pada baterai, yang dalam jangka panjang dapat memengaruhi efisiensinya. Karenanya banyak pengguna yang masih ragu, khususnya soal seberapa sering fast charging boleh dilakukan dalam satu perjalanan jauh.
Menanggapi hal tersebut, Product Planning and Strategy GAC Indonesia, Iqbal Taufiqurrahman, menyebut bahwa fast charging pada mobil listrik pada dasarnya aman dilakukan berulang kali selama perjalanan, karena sistem kendaraan sudah dirancang untuk mengantisipasi kondisi tersebut.
“Mobil listrik saat ini sudah dibekali Battery Management System atau BMS yang berfungsi mengatur dan melindungi baterai, mulai dari pengisian daya, suhu, hingga tekanan listrik. Jadi fast charging berulang itu aman selama sistem bekerja normal,” ujarnya, Senin (29/12/2025).
Baca juga: Pencipta Bobibos Kembangkan ‘Serum Battery’, Teknologi Mobil Listrik Tanpa Perlu Isi Daya
Ia menjelaskan, BMS berperan sebagai otak pengaman baterai yang akan menyesuaikan kecepatan pengisian daya sesuai kondisi aktual baterai. Jika suhu mulai meningkat atau kondisi baterai tidak ideal, sistem akan secara otomatis menurunkan daya pengisian untuk menjaga keamanan dan umur baterai. Selain itu, faktor penting lain yang menentukan keamanan fast charging adalah sistem pendingin baterai. Saat ini, terdapat dua jenis sistem pendingin yang umum digunakan, yakni air cooling system dan liquid cooling system.
“Mobil listrik dengan liquid cooling system memiliki keunggulan karena mampu menjaga suhu baterai tetap stabil meski fast charging dilakukan berulang, terutama saat perjalanan jauh dan cuaca panas,” kata Iqbal.
Meski begitu, dirinya tetap mengingatkan pengguna untuk memperhatikan kondisi pengisian. Idealnya, fast charging dilakukan saat kapasitas baterai berada di kisaran rendah hingga menengah, karena pada level tersebut sistem masih bisa bekerja optimal tanpa menghasilkan panas berlebih.
“Kalau dilakukan dengan benar, fast charging bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Justru yang penting adalah perencanaan perjalanan, memilih Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang sesuai, dan memberi jeda agar sistem kendaraan bekerja optimal,” ucapnya.
Dengan begitu, pengguna mobil listrik tidak perlu ragu melakukan fast charging beberapa kali dalam perjalanan jauh. Selama kendaraan dilengkapi sistem pengaman baterai yang baik dan digunakan sesuai anjuran.
(kompas.com)















