Jakarta, mu4.co.id – Seperti yang kita ketahui, harga tiket pesawat di Indonesia sangat mahal dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
Menurut Tony Fernandes, CEO Capital A, mahalnya harga tiket pesawat disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, harga bahan bakar yang 28% lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya. Kemudian, penerapan PPN atas pajak bahan bakar yang membuat beban biaya operasional maskapai.
Selain itu, kebijakan pembatasan wajar di Indonesia membuat maskapai harus menurunkan harga tiket untuk mematuhi aturan.
Baca Juga: Harga Tiket Pesawat Indonesia Termahal ke-2 di Dunia, Ini Kata Luhut!
“Menariknya, pembatasan wajar membuat harga tiket menjadi lebih mahal karena maskapai penerbangan harus menurunkan harga tiket lebih rendah,” ucap Tony, dilansir dari Kontan, Jum’at (6/9).
Ironisnya, meskipun pembatasan harga tiket dirancang untuk melindungi konsumen, hal ini justru membuat tiket lebih mahal di Indonesia dibandingkan dengan negara seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Tony Fernandes juga menyoroti pajak atas suku cadang yang dikirim untuk diperbaiki sebagai faktor lain yang meningkatkan biaya operasional maskapai di Indonesia, yang tidak terjadi di negara lain.
“Kita telah berbicara dengan Kementerian Keuangan selama beberapa tahun untuk menghapus pajak impor sparepart,” ucap Tony.
Tony Fernandes mencatat dua faktor yang mempengaruhi biaya maskapai, yaitu harga bahan bakar dan nilai tukar mata uang, yang sulit dikendalikan pemerintah.
Baca Juga: Harga Tiket Pesawat Bakal Turun, Simak Selengkapnya!
Dengan dolar AS yang kuat, daya saing Indonesia menurun karena 70% biaya maskapai terkait pemuatan dan bahan bakar.
Untuk mengatasi hal ini, Tony menyarankan pembangunan lebih banyak fasilitas perawatan pesawat di Indonesia dan pembentukan zona perdagangan bebas untuk menurunkan biaya operasional.
Veranita Yosephine, Direktur Utama Indonesia AirAsia, menyoroti masalah tentang hanya ada satu pemasok bahan bakar di Indonesia. Di negara lain, seperti Malaysia, terdapat dua atau tiga pemasok yang menciptakan persaingan dan menurunkan biaya.
“Di Indonesia, ketergantungan pada satu pemasok mengakibatkan biaya yang lebih tinggi karena tidak adanya persaingan,” ujar Veranita.
(Kontan)