Yogyakarta, mu4.co.id – Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Kembali menjawab tantangan Kesehatan nasional dengan menciptakan inovasi untuk penderita diabetes melitus. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa – Karsa Cipta (PKM-KC), mereka berhasil mengembangkan alat deteksi dan pemantauan gula darah melalui embusan nafas, dengan nama Glycemia Breath Analyzer (Glyra).
Tim yang mengembangkan alat ini terdiri dari mahasiswa lintas fakultas, yaitu Muhammad Nafal Zakin Rustanto (ketua tim), Nathanael Satya Saputra, Alfito Putra Parindra, Muammad Bintang Hidayatullah Marbun, dan Mirza Evrizo Timmerman. Pengembangan ini dibawah bimbingan dan supervise dosen Fakultas Teknik UGM, Dr. Eng. Ir. Igi Ardiyanto, S.T., M.Eng., IPM., SMIEEE.
Muhammad Nafal Zakin Rustanto selaku ketua tim mengatakan inovasi Glyra ini dilatarbelakangi oleh tingginya diabetes di Indonesia, bahkan menjadi peringkat kelima di dunia. Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, diperkirakan dua dari setiap seratus penduduk dewasa menderita diabetes melitus.
Baca juga: UGM Ciptakan Sapi Gama, Resmi Ditetapkan Sebagai Rumpun Baru Sapi Pedaging
“Para penderita seringkali dihadapkan pada metode pemeriksaan invasive yang mengharuskan pengambilan sampel darah berulang kali, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan serta berpotensi menyebabkan rasa sakit atau iritasi,” ujar Rustanto dilansir dari laman resmi ugm.ac.id, Ahad (26/10).
Ia menjelaskan bahwa mekanisme kerja Glyra dengan cara mendeteksi biomarker atau senyawa penanda kimia yang terdapat dalam embusan nafas. Glyra di bekali dengan susunan enam sensor gas canggih yang masinng-masing memiliki kepekaan terhadap biomarker spesifik.
Setelah sensor menghasilkan data kompleks kemudian diolah menggunakan algoritma Artifcial Intelligence (AI) untuk memastikan akurasi hasil deteksi. Alat ini juga terintegrasi dengan Internet of Things (IoT), sehingga data hasil pemerikasaan dapat dipantau dan dikirim secara real-time melalui website khusus.
Baca juga: UGM Kaji Mendalam Taksi Terbang Untuk Indonesia
Salah satu anggota dari tim tersebut, Mirza mengatakan bahwa sejauh ini Glyra telah dikembangkan mencapai 80 persen. Bahkan inovasi pengembangannya ini berencana didaftarkan Hak Kekayaan atas Intelektual (HKI).
Tim PKM-KC berharap inovasi ini menjdi solusi yang terjangkau, praktis, dan mudah diakses oleh masyarakat luas untuk skrining dini dan pemantau harian. Penelitian dan uji klinis alat ini akan terus dikembangakan dengan dukungan pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) dan Kemdiktisaintek.
(ugm.ac.id, medcom.id)














