Palestina, mu4.co.id – Israel terus menyerang Gaza secara brutal pasca kelompok pejuang Hamas menyerbu Israel dalam serangan mengejutkan yang diberi nama Operasi Badai Al-Aqsa, yang menargetkan peluncuran 5.000 roket ke Israel, yang menghancurkan bangunan-bangunan sipil dan pangkalan militer Israel. Serangan itu diklaim Pemerintah Israel menewaskan 1.400 orang dan 230 orang disandera, Sabtu (07/10/2023).
Dikutip dari Aljazeera, Juru Bicara Hamas Khaled Qadomi mengatakan, “Operasi Badai Al-Aqsa” ini merupakan respons terhadap semua kekejaman yang dihadapi warga Palestina selama beberapa dekade.
Sejak itu, Israel pun membombardir tiada henti Gaza, dengan mendeklarasikan perang yang menggunakan sandi Operasi Pedang Besi. Serangan brutal Israel itu pun menewaskan lebih dari 8.000 warga Palestina, di mana setengah dari mereka adalah anak-anak, selain itu Gedung tinggi dan Masjid Al-Sousi di Gaza pun hancur atas serangan udara Israel.
Menanggapi hal tersebut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mengutuk terkait “pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional yang kita saksikan di Gaza,” (tanpa menyebut nama Israel), Selasa (24/10/2023).
“Rakyat Palestina telah mengalami pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun. Mereka menyaksikan tanah mereka terus-menerus dirusak oleh pemukiman dan kekerasan; perekonomian mereka terhambat; orang-orang mereka mengungsi dan rumah mereka dihancurkan,” tambahnya Guterres.
“Tetapi keluhan rakyat Palestina tidak bisa membenarkan serangan mengerikan yang dilakukan Hamas. Dan serangan mengerikan itu tidak bisa membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina. Perang pun ada aturannya,” pungkasnya.
Namun pernyataannya tersebut membuat Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen marah. Cohen menceritakan kisah-kisah tentang warga sipil termasuk anak-anak yang tewas dalam serangan Hamas ke Israel tersebut.
Setelah pernyataannya membuat Israel marah, politikus dan diplomat asal Portugal ini pun angkat bicara, ia mengatakan, “penting untuk meluruskan hal ini, terutama untuk menghormati para korban dan keluarga mereka,” ucapnya Rabu (25/10/2023).
Baca juga: Perang Hamas-Israel di Jalur Gaza, Tewaskan Hingga 2.000an Nyawa
Selanjutnya, menurut Guterres pernyataannya juga telah disalahtafsirkan, “Saya terkejut dengan salah tafsir beberapa pernyataan saya kemarin di Dewan Keamanan, seolah-olah saya membenarkan tindakan teror yang dilakukan Hamas,” pungkasnya Guterres, Kamis (26/10/2023).
Namun, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan, menolak penjelasan Guterres dan memintanya untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai Sekjen PBB. Ia juga menuduh para pejabat lain dari badan dunia tersebut “menyebarkan kebohongan” mengenai situasi tersebut.
“Merupakan aib bagi PBB karena Sekjen PBB tidak menarik kembali kata-katanya dan bahkan tidak bisa meminta maaf atas apa yang dia katakan kemarin,” kata Erdan.
“Setiap orang paham betul bahwa maksud dari kata-katanya adalah bahwa Israel bersalah atas tindakan Hamas atau, paling tidak, hal itu menunjukkan pemahamannya atas ‘latar belakang ‘ yang mengarah pada pembantaian itu,” tambah Erdan.
Sumber: detik.com