Media Berkemajuan

8 April 2025, 00:00
Search

Rupiah Tembus Rp17 Ribu Per Dolar AS, Peneliti Ungkap Penyebab dan Bahayanya!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Ilustrasi [Foto: CNBC]

Jakarta, mu4.co.id – Pada 7 April 2025 pukul 07:10 WIB, kurs jual dolar AS berdasarkan e-Rate USD BCA mencapai Rp16.950, tertinggi dalam periode yang tercatat, sementara kurs belinya naik Rp60 menjadi Rp16.600 dari hari sebelumnya.

Dosen dan peneliti Universitas Islam Indonesia (UII), Listya Endang Artiani, menyoroti penyebab dan dampak dari melemahnya nilai rupiah. 

Menurut laporan Refinitiv, masih pada hari yang sama, Senin, 7 April 2025 pukul 10:43 WIB, nilai tukar rupiah menyentuh Rp17.261 per dolar AS, menjadi yang terendah dalam sejarah. Sementara itu menurut laporan Wise, kurs rupiah terhadap dolar AS tercatat Rp16.883 pada pukul 14.35 WIB.

Listya Endang menjelaskan bahwa melemahnya rupiah umumnya dipicu oleh gabungan faktor eksternal dan internal, dengan faktor utama eksternal berupa penguatan dolar AS akibat kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed.

Baca Juga: Rupiah Jatuh ke Level Terendah Sejak 1998, BI Ungkap Alasannya!

“Investor global cenderung menarik dana dari pasar negara berkembang seperti Indonesia untuk mencari imbal hasil lebih tinggi di aset berdenominasi Dolar,” ujar Listya Endang, dikutip dari Tempo, Senin (7/4).

Dari sisi internal, faktor seperti neraca perdagangan, cadangan devisa, dan kondisi politik turut memengaruhi nilai rupiah. Ketidakstabilan atau sinyal pelemahan ekonomi dapat memicu tekanan pasar. 

Listya juga menambahkan bahwa permintaan musiman terhadap dolar ikut mendorong pelemahan rupiah.

Listya mengingatkan bahwa jika pelemahan rupiah tidak segera diatasi, dampaknya bisa serius. Volatilitas tinggi memicu ketidakpastian ekonomi, menyulitkan pelaku usaha, menahan minat investor, dan meningkatkan beban utang luar negeri. 

Jika pemerintah gagal mengendalikan ekspektasi pasar, bisa terjadi efek domino seperti inflasi barang impor, defisit transaksi berjalan, dan menurunnya kepercayaan investor asing.

“Kondisi ini juga bisa memperburuk persepsi publik terhadap kebijakan moneter, terlebih bila tidak ada komunikasi yang baik dari Bank Indonesia atau Kementerian Keuangan,” ujarnya.

Sebelumnya, nilai rupiah sempat menembus Rp17.000 per dolar AS di pasar non-deliverable forward (NDF) saat libur Lebaran, dipicu oleh faktor global seperti tarif impor AS.

Baca Juga: Harga Emas Terus Naik dan Segera Tembus Rp2 Juta per Gram, Ini Alasannya!

Pada Jumat, 4 April 2025, rupiah menyentuh Rp17.006 per dolar AS. Analis Forex Ibrahim Assuabi menyebut penguatan dolar dipengaruhi data fundamental, seperti data ketenagakerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan.

Ibrahim menjelaskan bahwa penguatan dolar juga dipicu pernyataan The Fed pada Jumat malam, yang menyiratkan penurunan suku bunga belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Langkah tersebut dianggap terlalu dini di tengah kondisi ekonomi global yang bermasalah dan inflasi yang masih tinggi. 

Ia menambahkan, penurunan suku bunga masih akan menunggu dampak perang dagang, sehingga proyeksi penurunan tiga kali sebesar 75 basis poin di 2025 kemungkinan meleset.

“Kemungkinan besar hanya tinggal  mimpi. Ini yang menyebabkan indeks dolar kembali mengalami penguatan signifikan,” ujar Ibrahim.

(Tempo)

[post-views]
Selaras