Media Utama Terpercaya

9 Juni 2025, 23:05
Search

Puluhan Masa Walhi Kalselteng Berkumpul di Atas Jembatan Barito Protes Kerusakan Lingkungan

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Walhi Kalselteng berkumpul di atas Jembatan Barito
Aksi Walhi di atas Jembatan Barito [Foto: walhikalsel.or.id]

Marabahan, mu4.co.id – Puluhan massa dari aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah berkumpul di atas Jembatan Barito yang menghubungkan Kalimantan Selatan dan Tengah, Ahad (01/06/2025).

Diketahui hal tersebut merupakan bagian dari aksi memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Mereka hadir untuk menyuarakan keprihatinan atas lingkungan yang kian rusak. Spanduk besar terbentang di tengah kerumunan, menyampaikan pesan tajam: #SaveMeratus, #EndCoal, hingga seruan lantang “Tambang Merusak Hutan, Sungai, dan Masa Depan Masyarakat Adat.”

Jembatan Barito sendiri dan sungai di bawahnya bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito, tengah menghadapi krisis ekologis akut. Sungai tersebut menjadi saksi bisu perubahan yang mengguncang Kalimantan dari deforestasi masif, hilangnya keanekaragaman hayati, hingga masyarakat adat yang tersingkir dari tanah leluhur.

Dulu, Sungai Barito adalah nadi kehidupan masyarakat lokal. Kini, sungai tersebut membawa beban berat akibat eksploitasi yang terus berlangsung. Ratusan kapal tongkang besar bermuatan batu bara melintas setiap hari, membawa kekayaan alam ke luar pulau. Namun, yang tersisa bagi masyarakat lokal adalah kerusakan lingkungan, konflik sosial, dan ancaman bencana ekologis.

Baca juga: Walhi Kalsel Kritik Pemerintah Tentang Pembukaan 20 Juta Hektare Hutan. Ini Alasannya!

Selain itu, massa juga membawa pesan mereka ke atas sungai menggunakan kelotok dan perahu tradisional setempat. Spanduk-spanduk yang mereka bawa diarak berkeliling, memaksa tongkang-tongkang yang melintas untuk menyaksikan seruan protes ini.

“Lokasi ini dipilih bukan tanpa alasan. Pesannya jelas, eksploitasi harus dihentikan,” kata Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Raden Rafiq.

Aksi Walhi menggunakan kelotok dan perahu tradisional setempat di bawah Jembatan Barito [Foto: shalokal]

Dilaporkan dalam dua dekade terakhir, deforestasi di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah meningkat signifikan. Walhi mengungkapkan bahwa data tahun 2023 menunjukkan Kalimantan Selatan kehilangan 16.067 hektare hutan, sementara Kalimantan Tengah kehilangan lebih dari 63.000 hektare pada 2023 dan 2024. Kalimantan kini menjadi penyumbang deforestasi terbesar di Indonesia.

Di Kalimantan Selatan, 399 ribu hektar lahan telah dibebani izin tambang, termasuk kawasan karst seluas 356 ribu hektar. Sementara itu, di Kalimantan Tengah, izin tambang mencakup satu juta hektar, sebagian besar berada di DAS Barito. Beban ini mengancam ekosistem sungai, hutan, dan keberlangsungan masyarakat adat. Selain itu, ia juga menyoroti lemahnya pengawasan dan penegakan hukum yang membuat kerusakan terus berlangsung.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Tengah, Bayu Herinata menambahkan, deforestasi tidak hanya menghancurkan hutan dan keanekaragaman hayati, tetapi juga mempercepat krisis iklim dan memperburuk kerentanan masyarakat adat terhadap bencana ekologis. “Pemerintah seringkali lebih berpihak pada korporasi tambang, menyebabkan konflik agraria yang masif.”

Mereka pun menuntut transisi energi sebagai kebutuhan yamg paling mendesak. Tanpa perubahan arah, Kalimantan akan terus kehilangan hutan, sungai, dan masa depan ekologisnya. Sungai Barito, saksi sejarah panjang Kalimantan, harus diselamatkan dari sistem ekonomi ekstraktif yang terus menggerogotinya.
(Radar Banjarmasin)

[post-views]
Selaras