Media Utama Terpercaya

6 Juni 2025, 06:51
Search

Puasa Arafah, Menembus 2 Dimensi Ruang-Waktu: Masa Lalu dan Masa Depan!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Dimensi Ruang Waktu
Puasa Arafah, Menembus 2 Dimensi Ruang-Waktu: Masa Lalu dan Masa Depan [Foto: AI/ mu4.co.id]

Banjarmasin, mu4.co.id – Puasa Arafah, puasa sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang berhaji untuk dikerjakan setiap tanggal 9 Dzulhijjah ini memiliki keutamaan besar dalam Islam. Yaitu dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.

Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Qotadah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang…” (HR. Muslim no. 1162, shahih)

Pernyataan ini secara eksplisit menunjukkan ke-Maha Besaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tidak hanya mampu mengatur masa lalu, melainkan juga kekuasaan-Nya mampu menjangkau segala urusan di masa depan, masa yang belum lagi hadir, bahkan bisa saja kita tidak akan menjumpai masa tersebut. Tetapi Allah telah memberikan jaminan pengampunan untuk hamba-Nya.

Dalam kajian ilmiah dan filosofi waktu, hal ini menarik untuk dikaji karena menyiratkan konsep lintas waktu—masa lalu dan masa depan—yang jarang disentuh dalam praktik ibadah lainnya. Sehingga puasa Arafah ini istimewa sebab ia seakan telah menembus ruang dan waktu satu tahun ke depan.

Baca juga: Jangan Biarkan 10 Hari Awal Bulan Dzulhijjah Berlalu Begitu Saja. Isi dengan Amal Ibadah yang Mampu Menandingi Pahala Jihad, Berikut Ini!

Hal ini menjadikan puasa Arafah secara spiritual dapat dipahami sebagai ibadah yang ‘menembus dua dimensi ruang-waktu’ sekaligus, serta bagaimana hal ini dapat direfleksikan melalui pendekatan ilmiah dan konseptual modern.

Puasa Arafah menjadi istimewa karena menawarkan pembersihan spiritual yang mencakup waktu dua arah: masa lalu dan masa depan. Dalam konteks keilmuan, pernyataan ini dapat dianalisis dengan pendekatan filosofis dan fisika modern, khususnya dalam teori ruang dan waktu.

Bayangkan di 1.400 tahun yang silam, saat teknologi belum muncul, peradaban manusia masih terbelakang. Namun Islam telah berbicara tentang konsep masa depan, masa yang akan datang.

Setelah sekian ratus tahun, di era modern barulah ditemukan teori relativitas Einstein yang menerangkan bahwa ruang dan waktu bukanlah entitas yang terpisah, melainkan saling terhubung dalam satu kesatuan yang disebut ruang-waktu (space-time).

Konsep ini memungkinkan pemahaman bahwa waktu tidak hanya linier, tetapi bisa relatif terhadap kecepatan dan posisi seseorang.

Baca juga: Adakah Perintah Puasa 1-8 Dzulhijjah? Begini Penjelasan Ustaz H Riza Rahman

Dalam konteks spiritual, waktu tidak selalu dipahami secara linier. Contohnya dalam Al-Qur’an, disebutkan:

وَاِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَاَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ

Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al-Hajj: 47)

Ayat ini menyiratkan bahwa dimensi waktu di sisi Allah tidak seperti yang manusia alami. Maka, penghapusan dosa masa lalu dan masa depan dalam puasa Arafah dapat dipahami sebagai bentuk intervensi kekuasaan Ilahi yang tidak terikat oleh waktu linear manusia. Begitu mudah bagi Allah menguasai dan mengatur putaran waktu.

Implikasi Puasa Arafah Terhadap Masa Lalu

Saat seseorang mengerjakan puasa Arafah maka artinya ia menjalani proses taubat dan perenungan diri atas dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu. Mencoba menghapus dan meninggalkan segala kesalahannya di masa lampau. Untuk kemudian merencanakan niat berbuat baik dan amal sholeh di kemudian hari. Maka, puasa yang disertai niat tulus dan evaluasi diri secara harfiah bisa mengubah cara seorang individu memandang dan merespons masa lalu.

Implikasi Puasa Arafah Terhadap Masa Depan

Seorang manusia akan berusaha membangun masa depannya menjadi lebih baik. Membayangkan masa depan dan menyusun keputusan berdasar proyeksi tersebut. Maka puasa Arafah yang dikerjakan, seakan memberi dorongan kuat untuk memperbaiki diri ke depan, meninggalkan kekhilafan yang pernah dilakukan, menjauhi perbuatan dosa dan berupaya merubah diri menjadi muslim yang lebih baik di masa depan.

Baca juga: Bagaimana Derajat Hadits Puasa Tarwiyah? Simak Penjelasannya!

Maka inilah yang disebut “menghapus dosa setahun akan datang.” Ia akan berusaha untuk tidak mengulang kesalahan-kesalahan dan dosa yang pernah diperbuat di masa lalu. Istilahnya mencegah berbuat dosa lebih baik daripada memperbaiki.

Secara filosofis, puasa Arafah adalah bentuk ikhtiar manusia untuk “menembus batas waktu” melalui koneksi spiritual. Dosa masa lalu bisa ditebus dengan penyesalan, taubat dan memperbanyak ibadah, sedangkan masa depan dibersihkan dengan jalan penguatan niat, menjauhi maksiat dan memohon perlindungan ilahi dari kesalahan yang belum terjadi. Hal ini menunjukkan adanya konvergensi antara iman dan kesadaran waktu, dua hal yang sering diabaikan dalam dunia modern.

Pada akhirnya, puasa Arafah bukan sekadar ritual tahunan, tetapi bentuk lompatan spiritual yang menghubungkan masa lalu dan masa depan dalam satu titik kesadaran di masa kini. Hadis tentang penghapusan dosa masa lalu dan masa depan seolah menggambarkan bahwa dalam dimensi spiritual, waktu dapat direngkuh keduanya atau bahkan direncanakan melalui kekuatan niat, pengampunan, dan rahmat Allah.

Dengan pendekatan sains dan filsafat modern, puasa Arafah bisa dilihat sebagai bentuk ‘pengaturan ulang (setting) ruh’ terhadap dimensi waktu, yang menjadikan manusia sadar bahwa saat ini ia sedang berada di satu titik kecil, yang ia tidak mampu lagi mengulang masa lalunya dan ia juga tidak mampu menjamin bertemu masa depannya, bila tanpa kehendak dari Sang Maha Pencipta, Allah Azza Wa Jalla.

Wallahu a’lam bishawab

[post-views]
Selaras