Media Utama Terpercaya

10 Oktober 2025, 22:08
Search

Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo Ambruk Jadi Sorotan, 37 Santri Tewas. Berikut Sejumlah Faktanya!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Ponpes Al Khoziny Ambruk
Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk [Foto: bbc.com]

Sidoarjo, mu4.co.id – Bangunan tiga lantai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), ambruk pada Senin (29/09/2025).

Diketahui, saat kejadian terdapat ratusan santri dan jemaah lain yang sedang melaksanakan salat ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.

Berdasarkan pantauan mu4.co.id data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), per hari ini, Ahad (05/10/2025), mengungkapkan bahwa korban yang berhasil ditemukan berjumlah 141 santri, 104 diantaranya dalam kondisi selamat, 37 meninggal dunia, dan satu di antaranya masih berupa potongan tubuh.

Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan mengatakan diduga masih ada 26 orang tertimbun reruntuhan. Meski demikian, ia mengatakan itu belum data valid sampai peroses evakuasi bangunan rata dengan tanah.

“Tapi ini kan data dari pihak pondok pesantren. Nanti itu akan terbukti akurat apabila seluruh pembersihan telah selesai dan mencapai titik tanah lantai dasar sebagai akhir dari pencarian kita,” jelas Budi.

Baca juga: Minimarket Dekat Ponpes Aa Gym Disegel Gara-gara Tidak Berizin, Simak Selengkapnya!

Insiden itu pun menyisakan duka yang mendalam sekaligus sorotan tajam dari berbagai pihak. Beragam spekulasi muncul mulai dari tidak adanya izin mendirikan bangunan (IMB), lemahnya perencanaan teknis, hingga dugaan kelalaian kontraktor maupun pihak ponpes.

Bupati Sidoarjo Subandi menyoroti pembangunan Ponpes Al Khoziny yang diduga tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB), di mana hal itu terbukti saat dirinya meninjau lokasi dan menemukan bangunan tiga lantai tersebut berdiri tanpa dokumen resmi.

“Ini saya tanyakan izin-izinnya mana, tetapi ternyata nggak ada, ngecor lantai tiga, karena konstruksi tidak standar, jadi akhirnya roboh,” kata Subandi, Selasa (30/09/2025).

Sementara itu, Pakar Teknik Sipil Struktur ITS, Mudji Irmawan, menyebut bangunan ponpes sejak awal direncanakan hanya satu lantai, namun karena penambahan jumlah santri kemudian dipaksakan hingga tiga lantai tanpa perencanaan teknis yang matang. Menurutnya, penambahan lantai tanpa perhitungan membuat beban bangunan meningkat drastis, sehingga konstruksi tidak mampu lagi menahan tekanan.

“Nah, ini jadi masalah bebannya yang tadinya 100% jadi 200%, jadi 300%. Itu menyebabkan salah satu faktor utama yang membuat bangunan lantai satu, lantai dua tidak cukup mampu menerima beban yang ada di kerja,” sebutnya.

Selain itu, Mudji juga menyoroti kegiatan belajar mengajar di ponpes tetap berlangsung meskipun pengecoran lantai tiga tengah dilakukan, kondisi ini membuat risiko semakin besar ketika bangunan dalam keadaan tidak stabil.

“Struktur bangunan atau konstruksi bangunan yang sedang dikerjakan tiga lantai tersebut menjadi tidak stabil atau labil. Celakanya di lantai satu masih dipakai untuk kegiatan belajar, ngaji,” tegasnya.
(detik.com, cnnindonesia.com)

[post-views]
Selaras