Media Berkemajuan

27 Desember 2024, 08:26

Pengembang Teknologi AI Undur Diri dari Google, Sebut Ada Bahaya Bagi Masa Depan

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Geoffrey Hinton [Foto: skynews via jateng.tribunnews.com]

Banjarmasin, mu4.co.id — Geoffrey Hinton (75), Sang Godfather of AI mengundurkan diri dari Google. Ia mengaku menyesal dan takut pada konsekuensi di masa depan usai dirinya mengembangkan teknologi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan.

Lewat cuitan di akun Twitter @geoffreyhinton, alasan dirinya keluar dari Google adalah karena ingin menyampaikan bahaya atau resiko dari sebuah AI tanpa mempertimbangkan dampak untuk perusahaan search engine tersebut.

“Usia saya 75 tahun, jadi sudah waktunya untuk pensiun,” ujarnya membeberkan alasan lain meninggalkan Google, dikutip dari bbc.com.

Teknologi AI akhir-akhir ini memang cukup menghebohkan manusia. Sebagian merasa kagum dan terbantu dengan adanya sistem tersebut, beberapa lainnya cemas, marah, hingga tak mendukung perkembangan teknologi itu karena dikhawatirkan akan menggantikan sosok mereka.

Foto Rekayasa AI dari Eliot Higgins yang Menunjukkan Bentrokan Donald Trump dengan Kepolisian. Foto Ini Merupakan Rekayasa AI, Tidak Sungguhan Terjadi di Dunia Nyata. Sangat Berbahaya Jika AI Disalahgunakan untuk Kepentingan Tertentu [Foto: Twitter/@Eliot Higgins via edition.cnn.com]

Hinton sendiri mengaku risau terhadap potensi AI ciptaannya yang bisa saja menghilangkan pekerjaan dan menciptakan dunia di mana kita tak tahu hal yang benar (termakan hoax karena terlanjur percaya pada sistem tersebut).

“Saat ini, mereka tidak lebih cerdas dari kita, sejauh yang saya tahu. Tapi saya pikir tak lama lagi mereka mungkin akan begitu (menjadi lebih cerdas dari manusia).”

Ia juga khawatir apabila AI digunakan untuk menciptakan hal-hal yang buruk. “Ini hanya skenario terburuk, semacam skenario mimpi buruk,” ujarnya.

Presenter Berita AI [Foto: TvOne via voaindonesia.com]

Kini teknologi AI kerap digunakan untuk menjawab materi ujian, menciptakan gambar instan, menggunakan suara orang lain untuk dijadikan sebuah lagu, berkirim pesan dengan sistem (bot), bahkan beberapa waktu lalu ada sebuah stasiun televisi yang menjadikan AI sebagai presenter berita mereka.

Hal tersebut dinilai merugikan manusia. Sebab selain menimbulkan rasa malas untuk belajar, lapangan pekerjaan juga semakin sempit. Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan kini tak lagi antar manusia saja, tetapi juga dengan sebuah sistem teknologi.

Baca juga: Pertama di Indonesia, TVOne Perkenalkan 3 Presenter AI

Menanggapi fenomena ini, seorang mahasiswi bernama Aisyah berkomentar bahwa teknologi AI yang sekarang masih banyak kekurangannya dibandingkan dengan manusia yang memiliki kecerdasan lebih luas.

“Tidak apa kalau takut dan cemas, tapi jangan mau kalah dari teknologi AI. Justru kita yang harus memanfaatkan teknologi dengan bijak dan sebaik-baiknya,” ujar Aisyah saat diwawancarai Mu4.co.id, Rabu (10/5/2023).

Sumber: medan.tribunnews.com , cnnindonesia.com , bbc.com

[post-views]
Selaras