Media Utama Terpercaya

8 Juni 2025, 04:53
Search

Pendampingan Muhammadiyah Untuk Kaum Marjinal dan LBGT; Mereka Juga Manusia

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Ketua PWM Jateng, H Tafsir saat rakernas Majelis Tabligh PP Muhammadiyah [Foto: muhammadiyah.or.id]

Surakarta, mu4.co.id – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir mengungkapkan saat menyampaikan materi dalam Rakernas Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, bahwa kelompok marjinal dan LGBT juga berhak masuk surga.

Dalam konteks dakwah, kelompok marjinal dan LGBT merupakan bagian dari realitas yang dihadapi oleh Agama Islam dan Muhammadiyah di masa sekarang. Maka sudah menjadi keharusan bagi Muhammadiyah untuk merespon kelompok-kelompok tersebut.

“Kita menolak LGBT sebagai gaya hidup, tapi kita tidak boleh sia-sia (semena-mena) kepada orang yang menjadi korban dari LGBT. Kita memberantas kemiskinan tapi tidak boleh sia-sia kepada orang miskin. Ingat mereka tetap manusia yang punya hak surga seperti kita,” tuturnya.

Baca juga: Presiden Turki Erdogan, Tak Nyaman dengan Dekorasi Sidang Umum PBB, Apa Penyebabnya?

Tafsir lantas menjelaskan bahwa Muhammadiyah memiliki visi Al-Irsyadah (petunjuk) untuk membimbing kehidupan manusia menjadi hidup yang maju dan bahagia di dunia dan akhirat. Sebab, paham keagamaan Muhammadiyah sejati menurutnya bersifat inklusif dan terbuka.

“Apalagi sesungguhnya surga jannatun naim itu menyapa semua orang, tidak pilih siapapun, termasuk kaum marjinal,” kata Tafsir pada (22/9/2023) di Surakarta dalam Rakernas Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.

Baca juga: Aktivis LGBT Se-ASEAN Akan Gelar Pertemuan di Jakarta. Begini Reaksi MUI

Berangkat dari pemahaman tersebut, dakwah Muhammadiyah senantiasa mengajak, mendampingi kelompok-kelompok tersebut. Tafsir menegaskan, surga tidak boleh dimonopoli oleh sekelompok orang saja. Oleh karenanya, perlu pendampingan intensif ke kelompok tersebut misalnya dalam urusan fikih ibadah.

“Maka pendampingan kita ke sana adalah bagaimana kita memperlakukan mereka sebagai manusia yang berhak masuk surga serta membimbing mereka memahami fikih dalam beribadah,” imbuh Tafsir.

Berkaca dari realitas sosial tersebut, Tafsir memandang bahwa berdakwah tidak cukup dengan memahami Al Qur’an dan Hadis semata. Melainkan juga budaya, ekonomi, sosial, politik, dan lainnya supaya dakwah yang dilakukan lebih efektif, efisien, dan berhasil.

“Jadi dakwah itu jangan hanya memahami ayat Alquran dan hadis saja, tapi dakwah pun harus memahami manusia. Kalau ingin dakwah berhasil, pahamilah manusianya,” pesan Tafsir.

Baca juga: Grup Band Coldplay Akan Konser di Jakarta. Berikut Ini Tanggapan Buya Anwar Abbas

Pada kesempatan ini, Tafsir juga menjelaskan tentang makna purifikasi dari bingkai kacamata Muhammadiyah. Hematnya, purifikasi Muhammadiyah bukan tekstualitas. Meski kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah, tetapi tetap membangun pikiran utama dengan pendekatan bayani, burhani, dan irfani.

Dia berharap mubalig Muhammadiyah senantiasa berada dalam koridor alam berpikir Muhammadiyah. Selain itu, cerminan seseorang yang memiliki ketakwaan baik, sejatinya tidak berjarak dengan masyarakat. Tidak terseret arus dan justru berbuat kebaikan untuk mengentaskan masyarakat dari keburukan. (muhammadiyah)

[post-views]
Selaras