Media Berkemajuan

2 Desember 2024, 19:45

Parenting: Parent Think, Mengapa Penting? (Bagian 1)

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Foto: alamy.com

Banjarmasin, mu4.co.id – “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)

Manusia dan tujuan penciptaannya, perjalanan manusia dari rahim ke kubur, dan roh, akal, dan jasad manusia merupakan sebuah konstruksi, pola, bentuk, konsep dan sistem berpikir yang harus kita tuntaskan terlebih dahulu sebelum berbicara tentang konten, materi, tema, atau bagaimana mendidik dalam pemahaman pendidikan islam berbasis iman dan spiritual.

Pendidikan Islam yang dilakukan oleh institusi pendidikan Islam harusnya memiliki bentuk, konstruksi, desain, dan sistem berpikir serta maqosid (maksud) secara tuntas, harusnya demikian. Namun, karena kegelisahan penulis melihat dan menyaksikan secara langsung bagaimana kebutuhan ayah dan bunda memahami peran dan fungsinya dalam membersamai ananda di rumah dan sekolah secara utuh sehingga mampu berkolaborasi secara penuh dan menggembirakan tulisan ini didahulukan.

Al-Quran terdiri dari Al-Qur’annya, surah dan ayatnya. Al-Qur’ran sendiri adalah grand designnya, disebut bacaan. Di dalamnya ada surah artinya gambaran, ada ayat artinya tanda-tanda. Maka Allah SWT tantang untuk seluruh manusia membuat satu ayat saja, dan dipastikan tidak akan ada yang mampu.

Surah adalah judul, gambaran, view yang isinya ayat, tanda-tanda. Demikian Al-Qur’an yang harusnya dipahami sebagai konstruksi dan konten sehingga kita akan mendapatkan fiqih, fikrahnya, bukan hanya mendapatkan pengetahuan saja atau wawasan, tsaqofahnya. Sangat menarik dalam membaca Al-Qur’an.

Dan, parenting adalah seperti isi, konten atau materi yang harus dipahami dalam teknis peran keayah-bundaan sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak terpisah ayah saja atau bunda saja.

Dengan jelas dalam Surah At Tahrim (66) ayat ke 6 menjadi inspirasi kita dalam memahami parenting. Parenting, dasarnya yang pertama bukan orang tua dalam mendidik anak, tetapi bagaimana menjadi orang tua itu sendiri. Jangan salah memahami ayat tersebut bahwa parenting adalah tentang mendidik anak, justru sebaliknya sesuai dengan namanya parent “orang tua” adalah bagaimana belajar dan mendidik diri menjadi orangtua. Saat ini memang ilmu-ilmu parenting bermunculan sangat banyak. Dan, semakin banyak justru semakin membingungkan orang tua dan semakin tidak membuat mereka percaya diri.

Sebenarnya memahami parenting cukup sederhana. Pertama, bukan perihal orang tua mendidik anak, tetapi bagaimana menjadi orang tua itu sendri. Simplenya kalau orang tua sudah baik, sudah sholeh, bisa menjadi teladan, maka anak-anak akan melihat sosok yang mendemonstrasikan orang sholeh, orang baik dan menjadi baik.

Karena mendidik adalah menularkan, yakni mampu menjadi teladan. Nah, parenting sebenarnya basisnya adalah tentang diri kita sebagai orang tua: ayah dan bunda dengan perannya masing-masing yang harus disinergikan, satu kesatuan.

Dalam sebuah ayat lain, kita diperintahkan menjadi robbani, yaitu menjadi pendidik untuk diri kita sendiri sebelum mendidik orang lain. Maka kita mesti belajar sebelum mengajar. Menjadi Parent sebenarnya sederhana. Menjadi diri yang merdeka, mampu membebaskan diri agar terhindar dari api neraka, lalu anak-anak melihat kita menjadi model pribadi yang terbebas dari api neraka.

Menjadi orang tua (parent) adalah satu kesatuan, bukan sebagai ayah atau bunda saja. Jika memahami parenting sebagai ayah saja (fathering) dan bunda (mothering) saja maka kita sedang berbicara pada berbagi peran dan tugas. Parenting adalah satu paket ayah-bunda. Wajar saja terkadang dalam satu keluarga belum tuntas memahami parenting karena fokus pada salah satu keduanya ayah saja atau bunda bunda saja. Padahal dalam pendidikan anak, didalamnya harus ada peran keduanya, ada ayah, ada bunda.

Maka, mulai dari diri sendiri adalah jalan parenting. Dimulai dari diri orang tua yang mempelajari Islam dan Iman. Bagaimana orang tua berupaya membebaskan diri dari api neraka, “Kuunuu robbaaniyiina …”. Dr. Yusuf al-Qaradhawi dalam Al Khasaisul Al ‘Ammah Lil Islam mendefinisikan Rabbaniyyun adalah “kalimat dinisbahkan kepada Rabb. Insan Rabbani ialah seseorang yang mempunyai hubungan erat dengan Allah, alim tentang agama-Nya serta mengajarkannya.”, demikian logika parenting seperti ini seharusnya. Mendidik diri sendiri bagaimana dirinya sebagai role model, teladan dan meneladani.

Bersambung…

(Semarang, 4 November 2022. Penulis seorang aktivis pendidikan dan Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah 10 Banjarmasin).

[post-views]
Selaras