Yogyakarta, mu4.co.id – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah meresmikan Museum Muhammadiyah di Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta pada Senin (14/11/2022). Museum ini menjadi penanda dan penjaga memori kolektif serta sejarah perjuangan dan kiprah luas Muhammadiyah terhadap umat, bangsa, negara, dan kemanusiaan semesta.
Peresmian dihadiri Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Prof Muhadjir Effendy dan jajaran PP Muhammadiyah seperti Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, Prof Dadang Kahmad, Dr Busyro Muqoddas, serta jajaran pimpinan lainnya, Rektor UAD Dr Muchlas MT, dan tamu undangan lainnya.
Museum Muhammadiyah yang terletak di kampus IV UAD Yogyakarta dan seluas 1.200 m2 ini, sudah digagas sejak Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Agustus 2015 lalu. Setelah itu, rencana pembangunan gedung museum empat lantai dikembangkan hingga kemudian Presiden Joko Widodo (Jokowi) meletakkan batu pertama pembangunan museum di kampus UAD pada 22 Juli 2017.
Dari sambutan Rektor UAD Dr Muchlas MT saat peresmian, diperoleh informasi, pembangunan fisik museum dimulai dalam beberapa tahap. Tahap pertama dimulai pada 2018 dengan bantuan dan tim kerja dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendibud) yang waktu itu menterinya adalah Prof Muhadjir Effendy, PP Muhammadiyah dan UAD.
Dalam sambutan peresmian, Menko PMK, Prof Muhadjir Effendy, tak lupa menyebut nama dan kontribusi Presiden Jokowi . Muhadjir menceritakan, saat dirinya menjabat sebagai Mendikbud dan menuntaskan pembangunan Museum Nahdlatul Ulama di Kabupaten Jombang, Jokowi menanyakan apakah Muhammadiyah sudah memiliki museum serupa. Ketika Muhadjir menjawab belum, lalu Presiden mengatakan, “Kalau begitu bikin juga saja,” kenang Muhadjir. Seperti sudah disebut sebelumnya, Presiden Jokowi kemudian meletakkan batu pertama pembangunan museum pada 22 Juli 2017 silam.
Kampus UAD lalu dipilih sebagai lokasi museum. Muhadjir menjelaskan hasil diskusi dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, bahwa UAD adalah kampus tertua Muhammadiyah di Yogyakarta. Alasan kedua, agar pengelolaan museum yang termasuk high cost (berbiaya tinggi) dapat terakomodasi. Apalagi, museum ini terletak di kompleks pendidikan.
Muhajdir juga berharap agar museum ini menjadi pengingat sejarah Muhammadiyah, menjadi titik tolak untuk menuju Muhammadiyah yang lebih ke masa depan. “”Menengok sebentar ke belakang sebentar untuk ke depan yang lebih jauh,” ujar Muhadjir.
Muhadjir juga menambahkan, tempat situs-situs sejarah Muhammadiyah yang lain akan dibenahi. “Museum ini, saya harapkan, adalah sejarah Muhammadiyah di dalam ikut ambil bagian dalam perjuangan nasional, dalam ikut memerdekakan Indonesia, dalam mengisi kemerdekaan. Ini yang dipanggungkan kembali dalam ruangan ini. Dan kemudian nanti, tempat-tempat, situs-situs itu harus bisa kita benahi kembali untuk studi-studi lapangan bagi mereka yang berminat dengan Muhammadiyah,” kata Muhadjir.
Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, begitulah kata Bung Karno.