Jakarta, mu4.co.id – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan bahwa total uang Pemerintah Daerah (Pemda) yang mengendap di bank mencapai Rp234 triliun.
Menurutnya, realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kuartal III-2025 masih lambat atau penyerapan anggaran di daerah masih rendah, yang seharusnya uang tersebut digunakan untuk menggerakkan ekonomi daerah.
Pemerintah masing-masing daerah harus mengecek terkait uang tersebut, karena ada kecurigaan dari masyrakat terkait dana pusat dan daerah yang sengaja di endapkan oleh pejabat untuk mendapatkan bunga deposito.
Untuk itu, pemerintah pusat akan mengecek terkait kecurigaan masyarakat tersebut dan berharap pemda juga melakukan hal yang serupa.
Baca juga: Realisasi Belanja APBD Rendah, Menkeu Ungkap 15 Pemda dengan Simpanan Uang Paling Banyak di Bank!
Salah satu pemerintah daerah yang merespon hal ini adalah Jawa Barat, yang dikabarkan memiliki dana mengendap di bank sebesar Rp4,1 triliun.
Hal tersebut langsung dibantah oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dan ia menegaskan bahwa angka sebenarnya hanyalah Rp2,4 triliun. Dan sudah dialokasikan untuk biaya pembangunan berbagai proyek yang sedang berjalan dan akan dibayarkan.
Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya mengungkapkan bahwa uang yang mengendap itu bukan karena disengaja tetapi ada beberapa faktor yang membuat uang tersebut tidak berputar. Kemendagri dan Kemenkeu terus mendorong anggaran belanja daerah agar maksimal.
Baca juga: Realisasi Belanja Daerah Rendah, Menteri Keuangaan Pertimbangkan Tarik Dana Pemda
“Jadi jangan sampai kemudian uang yang dialokasikan untuk kepala daerah ini tidak bergerak karena proses untuk kegiatannya lambat, bisa gagal lelang, gagal dalam perencanaan dan lain-lain begitu,” ujar Bima dilansir dari detiknews, Ahad (2/11).
Padahal anggaran belanja daerah tahun ini lebih rendah dari tahun sebelumnya. Maka dari itu, Bima dan pihaknya juga masih menelusuri alasan lambatnya realisasi anggaran tersebut.
“Karena angka menunjukkan bahwa belanja daerah tahun ini saat ini masih di bawah tahun lalu berkurang 3 persen atau 4 persen dibanding tahun lalu. Nah, ini kan harus bergerak, ditelusuri,” tambah Bima.
(kompas, detiknews)












