Jakarta, mu4.co.id – Tasyrik dalam bahasa Arab merupakan patron kata masdar dari “syarraqa” yang berarti “matahari terbit atau menjemur sesuatu”. Tasyrik juga diartikan dengan penghadapan ke arah timur (arah sinar matahari).
Dilansir dari mui.or.id, Sabtu (07/06/2025), Hari Tasyrik sendiri adalah tiga hari setelah Idul Adha (10 Dzulhijjah), yaitu pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, yang mana pada waktu tersebut, umat Islam dilarang untuk berpuasa, seperti pada Hadits Rasulullah pernah mengabarkan terkait larangan ini sebagai berikut:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَا لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ
“Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, keduanya berkata: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan kurban ketika menunaikan haji.” (HR. Bukhari, no. 1859)
Hal tersebut disebabkan di waktu itu umat Islam diperbolehkan untuk menyembelih hewan kurbannya, dan sangat dianjurkan untuk menikmati berbagai hidangan dan olahan dari daging kurban. Selain itu, hari Tasyrik juga disebut juga dengan hari untuk makan dan minum. Rasulullah bersabda:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum.” (HR. An-Nasa’i, no. 2954)
Baca juga: Tradisi Sebelum Wukuf, Perempuan Makkah Berbondong-bondong Kunjungi Masjidil Haram
Adapun mengenai asal-usul penamaan tasyrik, Syekh Ibnu Manzur (711 H) dalam magnum opusnya Lisan al-Arab menyebutkan ada dua perbedaan pendapat ulama sebagai berikut:
Pertama, dinamakan tasyrik karena waktu tersebut adalah hari di mana umat Islam menjemur daging kurban mereka untuk dibuat dendeng, yang mana pada saat itu belum adanya teknologi pendingin seperti kulkas. Alhasil, masyarakat kala itu menyimpan daging dengan waktu lama dengan cara dijemur agar daging qurban yang melimpah saat Idul Adha dapat disimpan dalam jangka panjang dan bisa menjadi cadangan makanan untuk dikonsumsi.
Dan kedua, pelaksanaan ritual kurban dilakukan setelah matahari terbit. Seperti yang telah disebutkan di atas, pada hari Tasyrik setiap muslim diperbolehkan untuk melaksanakan ibadah apapun kecuali berpuasa.
Demikianlah hari alasan mengapa diharamkan berpuasa di hari Tasyrik dan asal usul penamaannya, semoga bermanfaat. Wallahua’lam bishawab.