Jepang, mu4.co.id – Department store dan mal di Jepang kini semakin banyak yang menyediakan musala. Langkah tersebut dilakukan seiring dengan meningkatnya arus wisatawan muslim, yang dipengaruhi oleh melemahnya nilai tukar yen.
Berdasarkan Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, jumlah pengunjung ke Jepang dari negara-negara mayoritas muslim yakni Indonesia, Malaysia, dan Turki melampaui 870.000 pada 2023, naik 2,7 kali lipat dari satu dekade lalu.
Menurut Badan Pariwisata Jepang, aktivitas para turis muslim akan terbatas jika tidak menemukan musala dan harus kembali ke tempat penginapan. Dimana umat Islam biasanya melaksanakan sholat 5 kali sehari, meski ada pula yang mengurangi frekuensinya menjadi 3 kali saat dalam perjalanan.
“Ruang sholat merupakan infrastruktur penting yang serupa dengan kamar mandi dan ruang menyusui,” kata seorang pejabat industri ritel, dilansir dari iputan6.com, Rabu (21/08/2024).
Baca juga: 1.009 Perusahaan Jepang Gulung Tikar Hanya Dalam 1 Bulan. Ternyata Ini Penyebabnya!
Diketahui musala tersebut dilengkapi dengan area mencuci kaki untuk berwudu sebelum shalat, hingga disediakan sajadah untuk beribadah. Dengan ketersediaan fasilitas tersebut, wisatawan muslim pun mengaku mudah dalam melaksanakan ibadahnya selama berada di Jepang.
Seorang turis wanita asal Malaysia (30) mengaku telah mencari tahu soal musala secara online sebelum tiba di Jepang. Ia pun bersyukur mendapatinya karena sulit menemukannya di area metropolitan seperti Tokyo.
Hal tersebut pun ditanggapi beragam oleh warganet, ada yang menyambut positif, namun ada juga yang berkomentar bernada anti-muslim. Salah satu alasan tak setuju dengan penyediaan musala tersebut karena tempat duduk dan tempat istirahat dianggap lebih berguna untuk lebih banyak orang.
“Mal dan fasilitas lainnya di Jepang biasanya memiliki tempat duduk umum yang sangat sedikit dibandingkan dengan kebanyakan negara maju lainnya. Akan lebih baik jika mereka menggunakan ruang, sumber daya, dan uang untuk menyediakan tempat duduk dan tempat istirahat bagi semua orang, bukan untuk kelompok terpilih yang relatif kecil,” komentar seorang warganet.
Bahkan ada warganet yang menyindir bahwa fasilitas itu semata untuk meningkatkan penjualan pusat perbelanjaan dan mal. “Perusahaan ritel tersebut hanya ingin menarik lebih banyak pelanggan dan meningkatkan penjualannya dengan menyediakan musala. Tampaknya tidak berbahaya sampai Anda melihat apa yang terjadi di beberapa negara Eropa,” kata warganet lainnya.
(liputan6.com)