Sleman, mu4.co.id – Remaja asal Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Shafira Herfesa Devi, berhasil menjadi pecatur pertama yang mewakili Indonesia dalam ajang bergengsi Dunia Catur 2025 di Batumi, Georgia, pada 5-19 Juli 2025 mendatang.
“Belum ada pecatur DIY yang pernah lolos Piala Dunia. Shafira ini yang pertama. Gelar Master Internasional yang disandang Shafira juga yang pertama untuk DIY,” ungkap Sekretaris Umum Pengda Percasi DIY, Jumariyanto.
Pecatur muda berusia 16 tahun itu memastikan langkahnya ke Piala Dunia Catur usai menjuarai Asian Zone 3.3 Chess Championship 2025 di Holiday Inn, Ulaanbaatar, Mongolia, yang merupakan ajang Kualifikasi Piala Dunia Catur 2025 pada 22 April-3 Mei lalu, yang mengalahkan puluhan wakil dari Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Mongolia.
Dalam Asian Zone 3.3 Chess Championship, Shafira termasuk peserta yang tidak diunggulkan. Namun, ia berhasil mengukir prestasi baru, bahkan mengalahkan pecatur-pecatur ternama. “Nah pada kejuaraan catur ini Shafira itu cuma unggulan ke-20, tapi dalam perjalanannya dia berhasil mengalahkan lawan-lawannya termasuk Grand Master asal Filipina yang unggulan ketiga,” terang Jumariyanto.
Setelah memastikan diri lolos Piala Dunia Catur, Shafira yang masih menempuh pendidikan di SMPN 4 Depok itu pun ingin terus mengejar mimpi besarnya. Ia bertekad untuk mendapatkan gelar Women Grandmaster.
Baca juga: Harumkan Nama Indonesia, Qariah Cilik Asal Maluku Utara Ini Juarai MTQ Internasional Qatar
Terkait, keberhasilan Shafira lolos ke Piala Dunia Catur 2025, Sang Ibunda Shafira, Dewi Rochana, mengatakan bahwa putrinya telah menggeluti catur sejak usia tiga tahun. Shafira pertama kali dikenalkan catur oleh sang ayah, yang merupakan atlet catur era 2000-an.
“Kalau dari kecil memang ditanamkan (catur) sama bapaknya ke Shafira dan adik-adiknya dari umur 3 tahun. Karena dulu bapaknya pernah jadi atlet catur di Batam tahun 2000, kalau sekarang jadi pelatih,” kata Dewi.
“Catur itu kan pakai notasi, jadi umur 2 tahun 4 bulan itu udah dimasukkan ke PAUD biar cepat nulisnya. Alhamdulillah umur sekitar 3,5 tahun sudah pintar baca tulis. Dikit-dikit diajarin catur, biar anak ini senang, alhamdulillah termasuk cepat dia belajarnya,” sambungnya.
Dewi menambahkan, bahwa Shafira sudah mulai mengikuti kompetisi catur sejak duduk di kelas 2 SD. Sejak saat itu, ia mulai rutin bermain catur hingga meraih banyak gelar dan dilirik oleh pelatnas. “Sekitar umur kelas 2 SD ikut lomba pertama, waktu itu ada O2SN tingkat kecamatan kita ikutkan,” ujarnya.
Dwi menyebut Shafira cukup gigih dalam berlatih catur. Sang putri juga mampu mengatur waktunya berlatih dengan jadwal sekolah, Bunda. Dikatakannya, Shafira biasanya akan berlatih catur setelah jam sekolah atau saat malam hari. Selama latihan, ia didampingi juga oleh sang ayah.
“Latihan malam nggak tentu, kadang sampai jam 12 malam. Kadang anaknya ngatur sendiri nanti abis sekolah belajar. Jam 8 (malam) tidur terus bangun sendiri jam 12 apa jam 1 itu belajar sendiri latihan catur sendiri. Sampai jam 4 jam 5 latihannya, tapi tetap didampingi bapaknya. Kadang juga latihan sendiri,” ujarnya.
“Bawaannya itu happy kalau main catur. Kalau kalah, dia bilang saya kalau ada event lagi itu harus menang. Jadi dia bersaing, anaknya itu tekun, nggak mau kalah. Latihannya di rumah kadang lihat situasi kalau ada tugas sekolah dikerjain dulu, abis itu ngadep papan,” lanjutnya.
(haibunda.com)