Media Berkemajuan

20 April 2025, 00:47
Search

Lakukan Penelitian, BRIN dan BMKG Ungkap Potensi Tsunami di Kalimantan

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
BRIN dan BMKG Lakukan Kajian Potensi Tsunami di Pantai Gosong
BRIN dan BMKG Lakukan Kajian Potensi Tsunami di Pantai Gosong [Foto: BRIN]

Bengkayang, mu4.co.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi adanya gelombang tsunami yang akan mencapai Pantai Gosong, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, jika gempa besar terjadi di Palung Manila, Filipina.

Hal itu terungkap melalui simulasi atau penelitian yang dimulai pada tahun 2023 dan direncanakan berlangsung hingga tahun 2025, untuk menilai sejauh mana potensi ancaman tsunami mempengaruhi kelayakan lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Pulau Kalimantan.

Simulasi tersebut dilakukan menggunakan numerik dengan data topografi dan batimetri beresolusi tinggi, di mana hasil simulasi menunjukkan gelombang tsunami akan menempuh perjalanan Laut Cina Selatan dan mencapai Pantai Gosong dalam waktu sekitar 9 jam 10 menit, dengan tinggi gelombang bervariasi antara 0,48 meter hingga 0,62 meter pada titik-titik sekitar lokasi rencana tapak PLTN.

Penelitian itu juga menggunakan tujuh pemodelan domain, dari resolusi global, regional, hingga lokal dengan resolusi terdetil 1 meter, yang menggabungkan berbagai sumber data mutakhir GEBCO, BATNAS, DEMNAS, hingga survei lapangan menggunakan drone (UAV), GGNS, dan echosounder. Titik tertinggi tsunami ditemukan di sisi barat Pulau Semesak (0,62 meter), sementara di utara Gosong berkisar 0,49-0,61 meter.

Kondisi topografi yang landai dan proses sedimentasi di Pantai Gosong turut mempengaruhi potensi pelestarian. Jika tsunami terjadi bersamaan dengan pasang tertinggi, maka tinggi gabungan udara dapat mencapai 1,5 meter lebih.

Baca juga: BRIN Ungkap Ancaman Gempa Megathrust Di Indonesia, Terutama Daerah-daerah Ini!

Berkaitan dengan itu, PLTN pun dirancang memiliki sistem pendingin yang memanfaatkan udara laut. Meskipun gelombang tinggi relatif kecil, risiko kerusakan sistem pendingin dan gangguan operasi dapat terjadi jika desain perencanaan tidak memperhatikan skenario terburuk.

Peneliti dari Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Widjo Kongko menyebut apabila terjadi tsunami, perubahan tekanan dan arus udara laut dapat mempengaruhi kestabilan pipa, kinerja, dan efektivitas sistem pendingin reaktor.

“Ancaman tsunami dari luar zona Indonesia tetap harus diperhitungkan, terutama untuk infrastruktur yang membutuhkan keamanan tinggi seperti PLTN,” katanya, Senin (14/04/2025).

“Untuk mempelajari kelayakan desain dan perencanaan PLTN tapak, kita harus menyiapkan sistem dan mitigasi yang mampu menangani potensi ancaman tersebut,” sambungnya.

Penelitian itupun telah dipublikasikan dalam International Journal of Renewable Energy Development edisi Januari 2024 dengan judul ‘Menilai Potensi Sumber Tsunami Palung Manila di Situs Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bengkayang di Kalimantan Menggunakan Detail Topografi’.
(cnnindonesia.com)

[post-views]
Selaras