Papua Nugini, mu4.co.id – Korban bencana longsor di Papua Nugini pada Jum’at (24/5) semakin banyak. Menurut pejabat pemerintah, korban telah mencapai lebih dari 2.000 orang yang diduga terkubur hidup-hidup.
Pemerintah telah resmi meminta bantuan internasional setelah angka tersebut ternyata tiga kali lipat dari perkiraan awal PBB yang menyebutkan 670 orang tewas akibat bencana yang terjadi di wilayah yang terletak di 600 kilometer dari ibu kota Port Moresby tersebut. Sejauh ini, baru 6 orang yang berhasil ditemukan.
“Longsor mengubur lebih dari 2000 orang hidup-hidup dan menyebabkan kehancuran besar di Desa Yambali di provinsi Enga,” ungkap Pusat Bencana Nasional Papua Nugini, Luseta Laso Mana, dikutip dari CNBC, Rabu (29/5).
Baca Juga: Satgas Yonif Raider 300/Bjw Berhasil Gagalkan Rencana Pemberontak OP Papua
Perkiraan jumlah korban telah bervariasi sejak terjadinya bencana, dan masih belum jelas bagaimana para pejabat dapat mengumpulkan data tentang jumlah korban yang terdampak. Kondisi lapangan yang sulit, seperti lokasi desa yang terpencil, kurangnya infrastruktur telekomunikasi, dan konflik antarsuku, membuat sulitnya menentukan skala bencana.
Selain itu, tanah longsor telah menutupi jalan raya utama provinsi dengan kedalaman 6 hingga 8 meter, menghambat upaya bantuan. Hal ini juga diperkirakan akan berdampak besar pada ekonomi negara secara keseluruhan. Menghadapi situasi ini, Mana dan Menteri Pertahanan Billy Joseph terbang ke Yambali dari Port Moresby dengan menggunakan helikopter militer Australia pada hari Ahad untuk mengevaluasi kebutuhan secara langsung.
“Situasinya masih tidak stabil karena pergeseran lokasi, sehingga menimbulkan bahaya bagi tim penyelamat dan para penyintas,” tambahnya.
Baca Juga: BEM UI Kritik TNI Melanggar HAM di Papua, Ini Respon TNI!
Beberapa waktu yang lalu, Yambali di Papua Nugini mengalami bencana tanah longsor pada Jumat dini hari. Hingga saat ini, sebuah tim penyelamat yang terdiri dari pejabat pemerintah provinsi, kepolisian, anggota pasukan pertahanan, dan organisasi non-pemerintah setempat telah dikerahkan ke wilayah tersebut.
Namun, baru pada hari Ahad kemarin alat berat pertama kali masuk ke wilayah tersebut. Alat tersebut merupakan sumbangan dari seorang kontraktor lokal, bertujuan untuk membantu penduduk desa yang sebelumnya hanya mengandalkan sekop dan peralatan pertanian untuk melakukan pencarian jenazah.

Meskipun demikian, PBB masih mempertahankan angka 670 orang sebagai jumlah korban tewas. Namun dengan informasi terbaru ini, lembaga multilateral tersebut menyatakan bahwa angka tersebut bisa berubah sewaktu-waktu.
“Kami tidak dapat membantah apa yang disarankan pemerintah namun kami tidak dapat mengomentarinya,” ucap Serhan Aktoprak, kepala misi badan migran PBB di Papua Nugini.
“Seiring berjalannya waktu dalam upaya besar-besaran ini, jumlahnya akan tetap berubah,” tambahnya.
Sumber: CNBC