Media Berkemajuan

27 Juli 2024, 10:37

Kisah Unik Mahasiswa Non-Muslim Kuliah di Universitas Muhammadiyah

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Sosok Monika Eliada Mahasiswi Non Muslim yang Dapat Nilai A di Matkul Al-Islam [Foto: tribunnews.com]

Riau, mu4.co.id – Keberadaan Muhammadiyah sangat menjaga keberagaman dan kemajemukan Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui sebaran amal usaha yang dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Mahasiswi non-Muslim kuliah di Universitas Muhammadiyah ternyata bukan hal baru. Monika Eliada, mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Riau, yang dikenal sebagai institusi pendidikan Islam yang diawasi oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

Monika Eliada membagikan kisah uniknya di media sosial TikTok.

Mahasiswi tersebut beragama kristen, tetapi ia mendapat nilai A di mata kuliah bernama Al-Islam. Tentu ia merasa bangga. Kisah tersebut diceritakannya sendiri melalui akun TikToknya @monika.eliada, Rabu (16/8/2023).

Video kisahnya pun sempat viral di dunia maya selama beberapa hari terakhir.

“When u kuliah di Muhammadiyah dan dapat mata kuliah umum Al-Islam sampe 4 smstr pdhl aslinya Kristen,” tulis Monica Eliada dalam videonya.

(tiktok @monica.eliada)

Ia kemudian menunjukkan rangkuman nilai mata kuliah Al-Islam di layar laptopnya yang menunjukkan bahwa ia mendapat nilai A.

Beberapa pemilik akun TikTok pun berkomentar terkait dengan video viral itu. Kebanyakan dari mereka memuji dan memberi selamat ke Monika karena mendapat nilai A. Dan ada pula yang menyemangati Monika agar kuliahnya lancar.

Pemilik akun luksiahyasmin menulis komentar, “Yuk perdalam lagi.”

Baca juga: Tiga Mahasiswa UMM Ini Raih Penghargaan Festival Film Dunia di Amerika

Terkait mahasiswi beragama Kristen yang berkuliah di Universitas Muhammadiyah, Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Bambang Setiaji, angkat suara.

Ia membenarkan bahwa baik mahasiswa Muslim dan non-Muslim yang kuliah di Universitas Muhammadiyah memiliki mata kuliah agama.

Bambang menjelaskan, setiap mahasiswa Universitas Muhammadiyah wajib mengikuti rumpun mata kuliah agama dan Kemuhammadiyahan atau disebut Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).

Mata kuliah AIK dapat terlaksana selama empat semester atau lebih, masing-masing dengan nama mata kuliah yang berbeda.

Selain itu, kampus yang jumlah mahasiswa non-Muslim banyak akan mendapatkan guru sesuai agamanya, seperti di Universitas Muhammadiyah Papua dan Universitas Muhammadiyah Kupang yang mayoritas mahasiswanya non-Muslim.

“Kalau sedikit, (mahasiswa non-Muslim) diminta mengikuti dan memperoleh kelulusan dari gereja atau vihara (tempat ibadah sesuai agamanya),” tambah Bambang.

Nantinya, pihak gereja atau tempat ibadah mahasiswa non-Muslim tersebut yang akan memberikan hasil kelulusan kuliahnya kepada kampus. Materi dan pembelajaran yang diadakan juga tergantung dari standar agama masing-masing, sesuai arahan rumah ibadah tersebut.

Baca juga: Mahasiswa UMSU Raih Juara Kompetisi Karate Internasional di Kuala Lumpur

Sementara itu, para mahasiswa non-Muslim tetap mendapat mata kuliah khusus Kemuhammadiyahan.

“Untuk Kemuhammadiyahan, diberikan semacam sosiologi agama. Kalau Kemuhammadiyahan soal sejarah dan gerakan sosial Muhammadiyah. Sebagai salah satu mata kuliah penciri yang hanya ada di perguruan tinggi Muhammadiyah, Kemuhammadiyahan akan mengajarkan mahasiswa mengenai organisasi Muhammadiyah, perannya bagi bangsa dan negara, serta penerapan nilai dan ajaran Islam berdasarkan pemahaman Muhammadiyah.” tutupnya.

Sumber: tribunnews.com

[post-views]
Selaras