Balikpapan, mu4.co.id – Proyek Revamping Development Master Plan (RDMP) Balikpapan di Kalimantan Timur yang bernilai US$ 7,4 miliar dijadwalkan mulai beroperasi pada 17 November 2025, dan menjadikannya kilang terbesar di Indonesia.
“Target untuk penyelesaian RDMP Balikpapan kami usahakan akan mulai start pada 10 November 2025, dan diharapkan pada 17 November sudah beroperasi,” ungkap Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, dikutip dari detik finance, Rabu (29/10).
Proyek RDMP Balikpapan ini mencerminkan tekad Indonesia mewujudkan kemandirian energi melalui peningkatan teknologi dan produksi BBM berstandar Euro V. Proyek ini juga akan menyerap banyak tenaga kerja lokal, mendorong pertumbuhan UMKM, serta menegaskan komitmen Pertamina terhadap efisiensi energi dan pengurangan emisi.
Beroperasinya proyek RDMP Balikpapan akan meningkatkan kapasitas pengolahan minyak nasional dari 260 ribu menjadi 360 ribu barel per hari, sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat peran Pertamina dalam ketahanan energi.
Baca Juga: Pererat Hubungan, Arab Saudi Gelontorkan 1,65 Juta Barel Minyak ke Suriah
Corporate Secretary KPI, Hermansyah Y. Nasroen, menyebut Kilang Balikpapan akan menjadi yang terbesar di Indonesia, melampaui Kilang Cilacap, sekaligus termasuk salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.
“Kalau di Asia Tenggara Kilang Balikpapan ini jadi salah satu yang terbesar,” ujarnya.
Kilang Balikpapan sendiri memiliki dua unit pengolahan minyak mentah, yakni Crude Distillation Unit (CDU) IV yang kapasitasnya meningkat dari 200 menjadi 300 ribu barel per hari, serta CDU V berkapasitas 60 ribu barel per hari.
Selain meningkatkan kapasitas, proyek RDMP juga memperbaiki kualitas produk, menekan biaya produksi, dan mengurangi impor BBM serta petrokimia.
Dengan produk berstandar Euro 5 yang lebih ramah lingkungan, proyek ini diharapkan memberi dampak ekonomi luas, menyerap tenaga kerja lokal, melibatkan perusahaan daerah, mencapai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 30–35%, dan menghemat defisit neraca perdagangan hingga 2 miliar dolar AS per tahun.
(Detik finance)












