Media Utama Terpercaya

7 Juni 2025, 11:59
Search

Khutbah Idul Adha 1446 H, Ustaz H Mas’udi, HS (di Halaman Masjid Al Jihad Banjarmasin)

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Ust Mas'udi HS
Khutbah Idul Adha 1446 H Ust Mas'udi HS [Foto: mu4.co.id]

“Meraih Cinta Allah Melalui Kasih Terhadap Sesama Manusia”

الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات الحمد لله حمد الشاكرين والشكرله شكر الحامدين واثنى عليه ثناء الذاكرين اشهدان لا اله الا الله اله الاولين و الآخرين واشهدان محمدا عبده ورسوله سيد الا نبياء والمرسلين

اللهم صل وسلم على النبي الامين والناصحالمبين بعثه الله رحمة للعالمين نبينا محمد و على اله وصحابه اجمعين اما بعد اوصيكم ونفسي بتقوى الله كما قال الله عزوجل يا ايها الذين امنو اتقوالله حق تقاته و لا تموتن : الا و انتم مسلمون

Kaum Muslimin Muslimat Rahimakumullah

Segala puji bagi Allah yang telah menghantarkan kita pada “’IDUL ADHA 1446 H”. Mari kita isi ‘Idul Adha ini dengan alunan takbir yang membahana di angkasa raya.

Saat ini kebesaran Allah telah menyelimuti Qolbu kita, alunan takbir yang baru saja kita kumandangkan membuat perasaan kita menjadi kecil, terbayang dosa-dosa masa lalu dengan harapan mudah-mudahan Allah berkenan mengampuni dosa-dosa kita.

Allahu Akbar 2X Walillahil hamdu,

Kita sekarang sedang ber’Idul Adha, hari raya ini sangat berkaitan dengan sifat ketakwaan dan hubungan antar manusia. Pada saat ini jutaan umat Islam dari belahan bumi ini berkumpul bersama di Tanah Suci Makkah menjadi tamu-tamu Allah Subhanahu Wa Ta’ala, di lapangan terbuka ini kita duduk sejenak untuk merenungkan pelajaran-pelajaran yang dititipkan Allah kepada kita melalui makna yang dapat kita amalkan dari perayaan ‘Idul Adha.

Allah Subhanahu WaTa’ala berfirman

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءًاؤُا مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (QS. Al-Mumtahanah (60) : 4)

Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam adalah sosok teladan yang lekat dengan senantiasa bertaubat dan pengorbanannya yang tulus. Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam mengajarkan kepada kita bahwa seorang mukmin harus sepenuhnya hidup untuk sebuah keinginan yang tinggi. Sebuah keinginan  untuk melangkahkan kakinya di dalam Surga Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Keinginan itulah yang membuatnya rela melakukan pengorbanan demi pengorbanan di kehidupan dunia yang terlalu singkat ini.

Ma’asyiral Muslimin Wal Muslimat Rahimakumullah

Pengorbanan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam menunjukkan cinta dan ketaatan seorang hamba, menjadikan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam sebagai kekasih Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Begitu indah menjadi seorang hamba yang dicintai Sang Pencipta. Lalu apa yang bisa kita amalkan untuk menggapai cinta Ilahi? Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِينَ فِيَّ وَ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَوَاصِلِينِ فِيَّ وَ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَنَاصِحِيْنَ فِيَّ وَ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ الْمُتَحَابُّوْنَ فِيَّ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُوْرٍ يَغْبِطُهُمْ بِمَكَانِهِمُ النَّبِيُّوْنَ وَ الصَّدِّيقُوْنَ وَالشُّهَدَاءُ

Dari Mu’adz bin Jabal –Radhiyallahu ‘anhu– beliau berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : “Allah Ta’ala berfirman : ‘Orang yang saling mencintai karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku, orang yang saling menyambung kekerabatannya karena-Ku pasti diberikan cintaKu dan orang yang saling menasehati karena-Ku pasti diberikan cintaKu serta orang yang saling berkorban karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku. Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku (nanti di akhirat) berada di mimbar-mimbar dari cahaya. Para Nabi, shiddiqin dan orang-orang yang mati syahid merasa iri dengan kedudukan mereka ini’”(HR. Imam Ahmad)

Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam telah menjelaskan amalan yang dapat mendatangkan cinta Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

1.Orang yang saling mencintai karena Allah

Fitrah manusia adalah mencintai dan dicintai. Namun sesungguhnya rasa cinta takkan pernah ada kalau bukan karena rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Cinta adalah salah satu nikmat rasa yang Allah anugerahkan kepada manusia sebagai bentuk sayangnya Allah kepada makhluk-Nya. Betapa pentingnya perasaan ini sampai dalam sebuah hadis disebutkan :

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Dari Anas dari Nabi Saw bersabda: Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”(HR. Bukhari)

Cinta karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala menunjukkan keimanan kita sebagai seorang hamba. Bagaimana cinta semata-mata karena Allah yang bisa kita amalkan?

Cintailah saudara yang satu mahram, istri, suami, anak, orang tua, kakak dan adik. Cintailah saudara yang satu iman dan islam. Cintailah saudara yang sama-sama berjuang dalam jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Orang yang mencintai saudaranya karena Allah akan merasakan manisnya iman. Dalam sebuah hadits disebutkan :

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ ثَلاثُ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبُّ الْمَرْءَ لا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Dari Anas, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka.” (H.R. Bukhari Muslim)

Lalu halalkah cinta kepada lawan jenis yang bukan mahram? Dalam Surat Al Isra Ayat 32 disebutkan :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk”

Jagalah pandangan dari lawan jenis yang bukan mahram. Cintailah seseorang bukan karena hartanya, tahtanya, maupun fisiknya. Tapi cintailah seseorang murni karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena ketaatannya, karena ketakwaannya, karena mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Cinta yang mengharap ridha Allah tidak akan membiarkan hawa nafsu menyamar mengatasnamakan cinta. Halalkan cinta itu sesuai dengan syariat Islam.

Baca juga: Khutbah Idul Fitri 1446 H, Ustaz H Riza Rahman, Lc

Ma’asyiral Muslimin  Wal Muslimat Rahimakumullah…

2. Orang yang saling menyambung kekerabatannya karena Allah

Saling menyambung kekerabatan karena Allah atau yang biasa disebut silaturrahim memiliki banyak keutamaan. Tak heran mengapa silaturrahim menjadi salah satu amalan untuk meraih cinta Ilahi.

Sama halnya dengan mencintai karena Allah, menyambung kekerabatan karena Allah pun adalah tanda kesempurnaan iman. Dalam sebuah hadits disebutkan :

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ وَمَنْ

“Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah menyambung hubungan kekerabatan (silaturrahim)” (H.R. Bukhari)

Pada zaman Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wa Sallam, silaturrahim terjalin erat dan melekat dalam hati para sahabat dan ummat. Seperti kekuatan hubungan silaturrahim yang ditunjukkan oleh penduduk Kota Madinah, kaum Anshar terhadap orang-orang pendatang, kaum Muhajirin. Kaum Anshar mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Mereka tidak menginginkan apa-apa dari kaum Muhajirin. Bahkan Kaum Anshar lebih mengutamakan kaum Muhajirin.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُ و الدَّارَ وَالْإِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةً وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota (Madinah) dan beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) mencintai orang yang berhijrah ke (tempat) mereka. Mereka tidak mendapatkan keinginan di dalam hatinya terhadap apa yang diberikan (kepada Muhajirin). Mereka mengutamakan (Muhajirin) daripada dirinya sendiri meskipun mempunyai keperluan yang mendesak. Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Hasyr : 8)

Orang-orang yang saling menyambung kekerabatan adalah orang-orang yang beruntung. Begitu banyak keutamaan yang dimilikinya. Bahkan menyambung silaturrahim juga menambah cinta saudara, rezeki, dan usia.

Dalam salah satu hadits, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam bersabda :

عَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِي الْأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِي الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِي الأثر

“Pelajarilah nasab kalian yang dengannya kalian bisa menyambung hubungan kekeluargaan kalian karena sesungguhnya silaturahim itu mendatangkan cinta kerabat, mengembangkan harta, dan menambah usia.” (HR. Tirmidzi)

3. Orang yang saling menasehati karena Allah

Islam adalah agama pengingat dan nasehat. Semua yang ada dalam ajaran Islam adalah nasehat. Maka dari itu, senantiasa kita sebagai seorang hamba patut untuk saling menasehati dan mau menerima nasehat.

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr 1-3)

Kalau kita berbicara tentang nasehat, begitu banyak yang dapat kita ucapkan untuk saling mengingatkan.  Mumpung umur kita masih ada, selagi tubuh kita masih sehat, mari kita jaga diri dan keluarga kita dari pengaruh buruk kezaliman ini. Setahun lagi umur kita bertambah tapi hakikatnya setahun pula berkurang. Bagi yang masih muda jagalah masa muda ini dengan sebaik-baiknya, karena pemuda yang giat ibadah kepada Allah akan mendapatkan keteduhan yang khusus nanti di padang Mahsyar, yang pada saat itu tidak ada keteduhan kecuali yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dan bagi yang merasa sudah tidak muda lagi, uban mulai bertabur, mata sudah mulai kabur, ingatan, fikiran, kemauan sudah mulai mundur, kulit sudah mulai kendur, tenaga sudah mulai uzur, apabila bernafas sudah seperti orang mendengkur, mungkin tidak lama lagi akan masuk lubang kubur, sudahkah kita sadar, saat badan masih tegar, apa yang diinginkan masih bisa terbayar, apa yang kita berikan kepada umat, kita semua telah memegang janji dan amanat, ingat itu semua akan kita pertanggungjawabkan di akhirat. Satu persatu teman dan handai taulan telah mendahului kita, itulah kematian, dan pasti akan mendatangi setiap orang, senang atau tidak senang, sedang di rumah atau dimanapun, sedang taat atau maksiat, apabila ajal telah sampai maka terjadilah kematian itu. Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya oleh salah seorang sahabatnya tentang siapa manusia yang paling cerdas dan beliau menjawab :

“Orang yang cerdas adalah mereka yang paling banyak ingat dengan mati, dan mereka yang paling banyak persiapan untuk kematian.” (HR Tirmiji)

Janganlah kita lelah untuk saling menasehati. Bila saudara kita berbuat dosa, janganlah meninggalkannya, tapi hendaklah kita sebagai seorang mukmin yang baik senantiasa bersabar, menutupi aib saudara kita, dan menasehatinya dengan nasehat terbaik. Menasehati dalam kebaikan menunjukan kasih sayang dan kepedulian kita terhadap sesama, karena sebaik-baiknya saudara seiman adalah mereka yang paling banyak memberi nasehat dan golongan yang menyuruh kepada yang ma’ruf termasuk orang-orang yang beruntung.

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةً يَدْعُوْنَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada Kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Imran, 104)

Namun demikian, nasehatilah saudara-saudara kita dengan ucapan yang lemah lembut. Jangan menyakiti hatinya dengan celaan dan hinaan. Semoga nasehat kita yang disampaikan dengan baik dapat melembutkan hatinya dan membuatnya selalu mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

4. Orang yang saling berkorban karena Allah

Terdapat sebuah kisah terkenal tentang Kaum Anshar yang mengutamakan Kaum Muhajirin. Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu menceritakan :

نَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ إِلَى نِسَائِهِ فَقُلْنَ مَا مَعَنَا إِلَّا الْمَاءُ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَضُمُّ أَوْ يُضِيفُ هَذَا فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ أَنَا فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى امْرَأَتِهِ فَقَالَ أَكْرِمِي ضَيْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ مَا عِنْدَنَا إِلَّا قُوتُ صِبْيَانِي فَقَالَ هَيْنِي طَعَامَكِ وَأَصْبِحِي سرَاجَكَ وَنَوْمِي صِبْيَانَكِ إِذَا أَرَادُوا عَشَاءَ فَهَيَّأَتْ طَعَامَهَا وَأَصْبَحَتْ سِرَاجَهَا وَنَوْمَتْ صِبْيَانَهَا ثُمَّ قَامَتْ كَأَنَّهَا تُصْلِحُ سِرَاجَهَا فَأَطْفَأَتْهُ فَجَعَلَا يُرِيَانِهِ أَنَّهُمَا يَأْكُلَانِ فَبَاتًا طَاوِيَيْنِ فَلَمَّا أَصْبَحَ غَدًا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ أَوْ عَجِبَ مِنْ فَعَالِكُمَا فَأَنْزَلَ اللهُ وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam (dalam keadaan lapar), lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan ke para istri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Kami tidak memiliki apapun kecuali air”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapakah di antara kalian yang ingin menjamu orang ini?” Salah seorang kaum Anshâr berseru: “Saya,” lalu orang Anshar ini membawa lelaki tadi ke rumah istrinya, (dan) ia berkata: “Muliakanlah tamu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam !” Istrinya menjawab: “Kami tidak memiliki apapun kecuali jatah makanan untuk anak-anak”. Orang Anshâr itu berkata: “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu, dan tidurkanlah anak-anak kalau mereka minta makan malam!” Kemudian, wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan anak-anaknya. Dia lalu bangkit, seakan hendak memperbaiki lampu dan memadamkannya. Kedua suami-istri ini memperlihatkan seakan mereka sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam keadaan lapar. Keesokan harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Malam ini Allah tertawa atau ta’ajjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya, (yang artinya): dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (HR Bukhari)

Keikhlasan Kaum Anshar untuk Kaum Muhajirin menunjukkan pengorbanan karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bagaimana dengan kita? Seberapa besar sudah pengorbanan yang kita tunjukkan karena Allah? Di Hari Raya Idul Adha ini, beruntung jika kita juga ikut berqurban ikhlas karenaNya.

Berkorban karena Allah merupakan hal yang mulia yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan manfaat bagi dirinya sendiri karena dapat menjadi amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُوْمُتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرُ

(Mereka berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan (sebagian lainnya) berilah makan orang yang sengsara lagi fakir.” (QS. Al Hajj : 28)

Dalam ayat lain juga disebutkan manfaat bagi orang yang menginfakan sebagian rezekinya di jalan Allah :

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلهُ وَاحِدٌ فَلَةَ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينُ

الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَالصَّبِرِينَ عَلَى مَا أَصَابَهُمْ وَالْمُقِيمِي الصَّلوةِ وَمِمَّا رَزَقْتُهُمْ يُنْفِقُونَ

“Bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) agar mereka menyebut nama Allah atas binatang ternak yang dianugerahkan-Nya kepada mereka. Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, berserahdirilah kepada-Nya. Sampaikanlah (Nabi Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang rendah hati lagi taat (kepada Allah). (Yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah, hati mereka bergetar, sabar atas apa yang menimpa mereka, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Hajj : 34-35)

Pengorbanan menuntut kita melepaskan apa yang kita sukai, tidak terkecuali pengorbanan dalam keluarga. Dalam hubungan keluarga begitu banyak contoh nilai pengorbanan yang muncul. Seorang ayah, yang tidak peduli dengan kesusahan dan kesakitan yang dihadapinya, merelakan waktunya untuk bekerja siang dan malam demi mencari nafkah untuk keluarga, agar kebutuhan anak-anak dan istrinya terpenuhi, yang selalu berusaha menyanggupi tuntutan pendidikan anak-anaknya sesulit apapun usaha yang harus dilakukan.

Seorang ibu, yang rela menjadi sosok baru yang sebelumnya belum pernah dirasakannya, melayani suami semata-mata mengharap Ridha Allah, begitu besar pengorbanannya saat beliau mengandung kita, menjaga kita selama 9 bulan, melahirkan dengan mempertaruhkan nyawa, menjaga diri kita yang begitu kecil tak berdaya, sosok ibu yang bangun paling pagi untuk mempersiapkan kebutuhan kita dan tidur paling malam untuk memastikan kita tidur nyenyak, begitu banyak tenaganya terbuang untuk bersabar mendidik kita, menjadi diri kita yang sekarang.  

Seorang anak, yang tidak peduli betapa lelahnya seharian bekerja menghadapi hiruk pikuk pekerjaan, namun pulang ke rumah dengan perasaan hangat ketika disambut oleh senyuman lembut sosok ibu atau ayahnya yang sudah tua renta, melanjutkan kegiatannya dengan merawat mereka, menemani mereka, memaklumi tingkah mereka yang sudah terpengaruh usia, tak ada kata lelah untuk menunaikan baktinya kepada orang tua di tengah kesibukannya mengejar karir. Pengorbanan dalam keluarga, sekecil apapun itu akan selalu ada. Maka ingatlah untuk selalu mendoakan kebaikan bagi suami, istri, ayah, ibu, dan anak-anak kita.

ALLAHU AKBAR 2X Walillahil hamdu

Jama’ah sholat IDUL ADHA Rahimakumullah

Keempat amalan ini sangat berkaitan erat dengan keimanan, ketaqwaan, dan keikhlasan. Dengan keimanan, seseorang berjihad dengan jiwa dan raga di jalan Allah. Dengan ketaqwaan, seseorang akan selalu patuh dan taat kepada Allah. Dengan keikhlasan, seseorang akan selalu Ridha atas nama Allah. Begitulah seyogyanya kita sebagai seorang hamba yang selalu mendambakan harapan terbaik, kembali kepada Allah.

Kita patut khawatir saat diri kita terkesan membenci sesama, antisosial, tidak peduli dengan saudara, dan tidak rela berbagi meskipun diri kita memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Sungguh hal-hal seperti ini yang akan menjauhkan keridhaan Allah dari diri kita.

Karena itu, kita patut rela meninggalkan hal-hal yang tidak diridhai Allah demi keinginan untuk dekat dengan Allah. Rela tidak mengikuti pergantian mode yang sarat dengan kemudharatan demi menghindari kemurkaan Allah. Saling mengasihi, bersilaturrahim, peduli, dan berkorban untuk sesama demi mengharap kedekatan kepada Allah. Inilah amalan yang dapat dilakukan demi meraih cinta Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Jama’ah sholat IDUL ADHA Rahimakumullah

ALLAHU AKBAR 2X Walillahil hamdu

Jama’ah sholat IDUL ADHA Rahimakumullah

Kini kita sedang berhadapan dengan zaman bebas. Segala sesuatu sudah kehilangan batas. Banyak pergaulan anak-anak remaja yang bebas dan kelimpat batas, motif dan gaya berpakaian pun sudah terlalu bebas. Bisnis hiburan berbau maksiat sudah bebas dimana-mana. Aksi pembunuhan, pencurian, dan penipuan sudah tak berbatas. Tak heran banyak musibah yang beruntun dan fitnah di sana-sini mengikuti ancaman yang telah banyak dijanjikan Allah bagi orang-orang yang zalim.

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَرُ

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.” (QS. Ibrahim (14) : 42)

Kaum muslimin dan muslimat, sekian banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang selalu mengingatkan kita untuk kembali pada undang-undang Allah, dijelaskan berulang kali kepada kita bahwa kehidupan dan kematian adalah ujian, setiap ujian dan cobaan itu tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia, bukan hidup namanya bila tidak ada suka dan duka, bukan hidup namanya bila tidak ada tangis dan tawa, bukan hidup namanya bila tidak ada lapang dan sempit, bukan hidup namanya bila tidak ada miskin dan kaya, itulah sunnatullah yang telah ditetapkan untuk manusia dan semua itu ujian, suka duka ujian, tangis dan tawa ujian, lapang dan sempit ujian, hidup dan matipun ujian, siapa diantara kita semua yang paling baik amalnya, kalau kita mau segala amal yang kita lakukan yang terbaik dan mendapatkan nilai yang sempurna, beramallah seperti apa yang dicontohkan Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Jadikan amalan-amalan tersebut sebagai jalan bagi kita untuk membangun kehidupan yang baik, penuh kasih sayang, pengorbanan, dan keikhlasan semata-mata untuk mengharap cinta Ilahi.

ALLAHU AKBAR 2X Walillahil hamdu

Marilah bersama-sama dengan hati yang tulus memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ya Allah Tuhan kami…

Ampuni dosa-dosa kami dan kedua orang tua kami, sayangilah keduanya. Kami mohon dengan kesungguhan Yaa Rabb, Engkau berkenan menempatkan mereka di syurga Mu sebagai tempat tinggal yang kekal bagi mereka berdua.

Ya Allah Tuhan Kami…

Berikan kesehatan kepada kami, isteri dan anak-anak kami, jadikanlah mereka pendingin mata kami, anak yang sholeh/sholehah, taat kepada Allah dan Rasulnya, berbakti kepada orang tuanya.

Ya Allah Tuhan Kami…

Bangkitkanlah umat Islam di belahan bumi ini, jangan Engkau biarkan mereka ditindas, dirampas haknya, dizalimi, difitnah, dihina, dianiaya, dibunuh. Kuatkanlah semangat mereka memegang teguh ajaran agama Islam. Berikanlah saudara saudara kami di Palestina pertolonganMu. Teguhkanlah iman mereka. Angkatlah rasa sakit mereka. Berikanlah kemenangan, ketentraman, dan kedamaian untuk mereka. Muliakanlah mereka yang telah syahid di jalanMu. Berikanlah kehancuran untuk pasukan Israel. Buatlah mereka terpecah belah. Timpakanlah laknat dan azab kepada mereka yang telah menyakiti jiwa dan raga saudara-saudara kami di Palestina. Hanya kepadaMu yang Maha Kuasa lah kami memohon pertolongan.

ان الله وملاءكته يصلون على النبي يا ايها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما اللهم صل على محمد وعلى ال محمد كما صليت على ابراهيم وعلى ال ابراهيم ، وبارك على محمد وعلى ال محمد كما باركت على ابراهيم وعلى ال ابراهيم انك حميد مجيد

ورضى اللهم عن الخلافاء الراشدين ابوبكر وعمر وعثمان وعلي وعن جميع الصحابة والقرابة رضى الله عنهم اجمعين

اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم والاموات انك سميع قريب مجيب الدعوات ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين والحمد لله رب العالمين

* * * * *

[post-views]
Selaras