Media Berkemajuan

21 November 2024, 23:32

Ketua LPHU PP Muhammadiyah Isi Kajian Khusus di Masjid Al Jihad, Jelaskan Makna-makna yang Terkandung Dalam Ibadah Haji

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Kajian Masjid Al Jihad
Ketua LPHU PP Muhammadiyah saat mengisi Kajian Khusus di Masjid Al Jihad [Foto: mu4.co.id]

Banjarmasin, mu4.co.id – Ketua Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah (LPHU) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr. H. Muhammad Ziyad, M.Ag mengisi Kajian Khusus Masjid Al Jihad Banjarmasin, Sabtu (12/10/2024) setelah shalat subuh.

Dalam kajiannya, dirinya mengawali dengan menyampaikan pelajaran yang menarik dari sosok salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Umar Bin Khattab, ketika melakukan ibadah haji saat sedang thawaf.

“Saat thawaf putaran 1, putaran 2 Umar memandangi batu hitam yang disebut dengan ‘Hajar Aswad’, dan Ketika di depan ‘Hajar Aswad’ tersebut Umar berkata:

إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

Artinya: “Sungguh, aku tahu, kamu hanya batu. Tidak bisa memberi manfaat atau bahaya apa pun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menciummu, aku pun enggan menciummu.” (HR Bukhari).

“Kemudian ungkapan beliau yang masyhur itu dimuat seluruh kitab-kitab hadist. Karena itulah sekarang orang berbondong-bondong untuk memenuhi panggilan ibadah haji, (yang) memang ini untuk menyempurnakan ibadah haji. Dan dibuktikan di Indonesia antrian daftar waiting list nya 5,4 juta jemaah haji,” jelasnya.

Baca juga: Mengisi Kajian Subuh di Masjid Al Jihad, Ustaz Bachtiar Nashir Sampaikan Perjuangan Warga Palestina Pertahankan Masjidil Aqsa!

Selain itu, Ziyad juga menjelaskan bagaimana luar biasanya nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji, yang kemudian makna-makna simboliknya ditangkap kemudian diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

“Beberapa contoh, kita mengawali dengan niat ketika di miqat, kemudian menggunakan kain ihram, tapi ketika thawaf, yang 7 kali berputar apa maknanya? Kata Syekh Qadir Al Jailani dikatakan orang yang berthawaf itu memberikan pelajaran bahwa dalam kehidupan kita ini orang tidak boleh bergeser dari radius ketauhidan kepada Allah SWT,” ungkap Ziyad.

“Ketika Tauhid sudah bergeser, maka berarti bergeser pula kadar keimanan dan ketakwaan seseorang kepada Allah SWT. Makanya mengapa orang sering meluruskan shaft ke arah kiblat (ketika hendak shalat), itu untuk adalah bagian dalam rangka meluruskan ketauhidan kita kepada Allah SWT,” sambungnya.

Kemudian pada Sa’i, nilai-nilai yang terkandung didalamnya yakni simbol orang yang melakukan usaha keras. “Karena itu semua umat Islam diminta untuk bekerja keras, tidak boleh bermalas-malasan. Dan orang yang bekerja keras harus diawali dengan Saufa, yang artinya ketulusan, kebersihan, kesucian, maka harus dilandasi dengan niat yang tulus. Dan berakhir dengan Marwa, yang bisa bermakna dengan memiliki nilai manfaat,” jelas Ziyad.

Lebih lanjut ia menjelaskan ketika di Arafah, orang-orang diminta mengajarkan jati diri. “Semua mengenakan kain ihram, yang melambangkan bahwa manusia tidak ada perbedaan apapun, posisi apapun, dan yang membedakan hanyalah kualitas ketakwaan seseorang,” pungkasnya.

“Pelajaran-pelajaran itulah yang harus kita pupuk, kita rawat, dan orang berhaji diharapkan mendapatkan nilai yang mabrur, yang balasannya adalah Surga, dengan indikator kemabruran yaitu menebarkan salam, yang bisa menjadi duta-duta damai, duta-duta yang bisa mensejahterakan orang banyak, dan gemar memberikan santunan atau pertolongan kepada orang lain,” jelasnya.

Untuk mendengarkan kajian lebih lengkapnya bisa melalui siaran YouTube AlJIHAD berikut ini:

[post-views]
Selaras