Media Berkemajuan

15 Januari 2025, 16:21
Search

Kalsel Alami Deflasi Rendah, Berikut 4 Provinsi Dengan Keadaan Sama!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Ilustrasi. [Foto: mu4.co.id]

Jakarta, mu4.co.id – Indonesia mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut dan tercatat empat provinsi juga mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK). Pada Agustus 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan IHK turun di bawah ekspektasi. 

Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi tercatat 2,12%, sedikit lebih rendah dari periode sebelumnya yaitu 2,13%. Secara bulanan, IHK mencatat deflasi 0,03%, lebih lambat dari konsensus pasar yang memperkirakan stagnasi.

Pergerakan IHK Indonesia (%) [Foto: CNBC]

IHK tahunan diperkirakan akan naik sedikit menjadi 2,15% yoy pada Agustus 2024, dengan IHK inti diproyeksi sebesar 1,99% yoy. Deflasi pada Agustus 2024 ini menandai deflasi selama empat bulan berturut-turut.

4 Wilayah di Indonesia yang Alami Deflasi IHK Sejak Mei 2024 

Statistik Deflasi IHK [Foto: CNBC]

Selama empat bulan berturut-turut hingga Agustus 2024, empat provinsi mengalami deflasi, dengan Kalimantan Selatan mencatat penurunan IHK terburuk, yaitu deflasi 0,44% pada Juli dan 0,36% pada Agustus. Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat deflasi 0,25% pada Agustus, sementara Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan mencatat deflasi masing-masing 0,07% dan 0,04%. 

Meskipun kedua provinsi itu langganan deflasi selama empat bulan tersebut, tetapi pertumbuhannya mengalami perbaikan dengan tingkat deflasi yang semakin menyusut sejak mencapai titik terendahnya pada Juni 2024.

Baca Juga: Deflasi di Indonesia Hampir Merata, Ekonom Ungkap Bahaya!

Deflasi IHK Indonesia menimbulkan kekhawatiran di pasar karena inflasi yang terlalu rendah bisa menunjukkan lemahnya daya beli konsumen, yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. 

Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan bahwa deflasi Agustus terjadi karena penurunan harga volatile food, efek peningkatan produksi bawang merah. 

Deflasi selama empat bulan berturut-turut, bersama dengan turunnya PMI Manufaktur ke 48,9 poin, menunjukkan adanya penurunan daya beli masyarakat.

“Tren deflasi ini dipengaruhi oleh supply pangan yang sudah mulai membaik atau normalized pasca factor el nino di awal tahun ini. Namun kita juga perlu mencermati bahwa ada kecenderungan daya beli masyarakat ada kemungkinan trennya sudah mulai menurun. Hal ini diperkuat dengan data yang dirilis pagi ini adalah PMI manufacturing Indonesia kembali lagi masuk ke dalam fase kontraktif.” jelas Josua dikutip dari CNBC, Rabu (4/9).

(CNBC)

[post-views]
Selaras