Media Utama Terpercaya

12 Desember 2025, 23:05
Search

Jangan Tertukar! Ini 7 Perbedaan Utama Kebun Sawit dan Hutan

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Sawit
Ilustrasi perkebunan sawit [Foto: Weekand]

Banjarmasin, mu4.co.id – Perkebunan kelapa sawit sering dianggap sama dengan hutan, padahal keduanya sangat berbeda. Meskipun sama-sama memiliki tanaman berakar, berbatang, dan berdaun, kebun sawit tidak bisa disamakan dengan ekosistem hutan. 

Seperti yang dijelaskan oleh European Union, ada sejumlah alasan utama yang menunjukkan bahwa perkebunan sawit tidak memiliki fungsi ekologis dan keanekaragaman hayati sebagaimana hutan alami. Berikut penjelasannya.

  1. Keanekaragaman Hayati yang Lebih Rendah

Perkebunan kelapa sawit bersifat monokultur dan hanya mampu mendukung sekitar seperlima spesies yang hidup di hutan hujan. Perluasan kebun sawit juga merusak habitat satwa langka, seperti orang utan dan harimau Sumatra, sehingga semakin mengancam keanekaragaman hayati.

Baca Juga: Usulan Pandawara Beli Hutan Ramai Dibahas, Sosok Crazy Rich Swedia Pernah Beli 400.000 Ha Hutan Amazon Untuk Dilindungi!

2.Kapasitas Penyerapan Karbon yang Lebih Rendah

Dilansir dari Kompas pada Selasa (9/12), hutan jauh lebih efektif menyerap karbon dioksida dibandingkan perkebunan kelapa sawit. Karena biomassa kelapa sawit kurang dari 20% dibandingkan pohon hutan hujan, kemampuan kebun sawit menyerap karbon dari atmosfer juga jauh lebih rendah.

3.Melepaskan Banyak Karbon Dioksida

Pembentukan perkebunan kelapa sawit justru menghasilkan emisi karbon yang besar, terutama karena banyak dibangun di atas tanah gambut yang kaya akan karbon. Saat gambut dikeringkan untuk penanaman, dalam jumlah besar CO2 dilepaskan ke atmosfer, sehingga perkebunan sawit menjadi sumber emisi yang banyak.

Selain itu, pembukaan lahan dengan membakar hutan juga menjadi faktor besar pemanasan global dan memicu berbagai bencana lingkungan di Indonesia.

4.Produksi Limbah yang Tinggi

Tidak seperti hutan yang memberi manfaat ekologis, perkebunan kelapa sawit justru menghasilkan limbah besar. Pabrik sawit dapat memproduksi sekitar 2,5 ton limbah cair untuk setiap ton minyak sawit, ditambah penggunaan pupuk dan pestisida yang semakin mencemari lingkungan.

5.Konsumsi Air yang Tinggi

Kelapa sawit memerlukan banyak air untuk tumbuh, sehingga menyerap sumber daya air dalam jumlah besar. Sebaliknya, hutan alami dapat berkembang tanpa membutuhkan irigasi tambahan.

Baca Juga: Akibat Pembukaan Kebun Sawit, Gelondongan Kayu Terbawa Banjir Sumatra. Ini Pernyataan Menteri LH!

6.Tidak Menyediakan Nutrisi Untuk Tanah

Hutan alami memiliki siklus nutrisi yang stabil sehingga dapat tumbuh tanpa pupuk. Sedangkan perkebunan sawit yang monokultur, menurut The Borneo Project, tidak mampu menyediakan nutrisi alami bagi tanah. 

Minimnya variasi tanaman termasuk yang mengikat nitrogen, membuat tanah cepat kehilangan kesuburannya. Jumlah mikroorganisme dan bakteri yang bermanfaat di tanah perkebunan sawit juga jauh lebih rendah.

7. Kemampuan Menyerap dan Menahan Air yang Lebih Rendah

Penelitian Briantama Asmara dan Timothy O. Randhir (2024) menunjukkan bahwa keberadaan perkebunan sawit meningkatkan limpasan permukaan hingga 21% dan sedimentasi hampir 17% dibandingkan hutan alami. Ini menandakan bahwa kebun sawit jauh kurang efektif dalam menyerap dan menahan air, sehingga memperbesar potensi pencemaran air, banjir, dan longsor.

[Video: Tiktok @bayangkanbumi]

(Kompas)

[post-views]
Selaras