Nusantara, mu4.co.id – Jalan poros menuju Ibu Kota Nusantara (IKN) longsor dan terbelah dua, seperti unggahan dari akun @info_samarinda_, Ahad (22/12/2024). Unggahan tersebut memaparkan soal lokasi dan memberikan himbauan kepada masyarakat.
“Jalan Retak dan Terbelah 2. Jalan Poros Km 38 Arah IKN sebelum Bukit Bengkirai. Waspada pengendara yang ingin melintas di kawasan ini. Akses Jalan Gelap, Ahad 22/12/2024,” tulisnya.
Terkait hal tersebut, Juru Kampanye Greenpeace Indonesia, Rio Rompas mendesak Pemerintah untuk menyetop sementara pembangunan IKN sampai kajian tentang daya dukung lingkungan dan sosial dikerjakan dengan baik, menyusul banjir di penyangga yang sering kali terjadi.
“Hentikan dulu pembangunan IKN. Pemerintah harus buat masterplan atau rencana induk yang betul-betul memenuhi prasyarat sosial dan lingkungan, ada dokumen komprehensif tentang daya tampung dan daya dukung lingkungan,” tutur Rio, Senin (23/12/2024), dilansir dari Kompas.com.
Greenpeace mencatat banjir di penyangga IKN tahun 2024 ini sudah terjadi 4 kali. Sementara tahun 2023 lalu terjadi sebanyak 3 kali, yang artinya frekuensi banjir terus meningkat sejak IKN dibangun dalam tiga tahun belakangan ini dengan cara-cara serampangan. Karenanya Rio menyebut penghentian sementara pembangunan IKN perlu dilakukan, mengingat perubahan iklim yang berdampak pada daya dukung lingkungan semakin nyata.
Ditambah Pemerintah yang berencana akan menggeber pembangunan gedung-gedung yang dirancang melengkapi ekosistem Eksekutif, Yudikatif, dan Legislatif serta hunian ASN hingga operasional pada tahun 2028-2029 mendatang. Pembangunan gedung-gedung tersebut tentu akan menerabas tutupan hutan, yang tentu akan berdampak pada daya dukung lingkungan sekitarnya.
“Tutupan hutan alami sudah tidak ada, Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) sudah diganti jadi HTI. Hutan alami dibuka jadi HTI, meskipun tidak sama dengan hutan alam, ini sangat berdampak pada lingkungan,” cetus Rio.
(kaltim.suara.com, kompas.com)