Media Berkemajuan

19 Mei 2024, 12:20

Jadi Warisan UNESCO, Madain Saleh Dianggap Kota Terkutuk dan Dijauhi Nabi

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Madain Saleh kini jadi kota warisan dunia. [Muhammad Ali/Liputan6.com]

Madinah, mu4.co.id – Arab Saudi memiliki situs-situs arkeolog besar pra-Islam, seperti Madain Saleh atau Kota Al-Hijr atau Hegra yang terletak di Provinsi Al-Ula. 

Madain Saleh ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2008.

Tempat ini sempat terasingkan tetapi kini dibuka untuk wisata dan mulai populer di kalangan wisatawan dunia. Bahkan Al-Ula kini telah berkembang menjadi pusat seni, budaya, dan pariwisata serta telah memiliki bandara kecil yang terhubung dengan baik ke penerbangan reguler dari Jeddah, Riyadh, dan Dubai.

Baca juga: UNESCO Tetapkan Buka Puasa Sebagai Warisan Budaya Takbenda!

Memiliki peninggalan arsitektur yang menakjubkan mirip yang dimiliki Petra di Yordania, membuat Madain Saleh menjadi permata mahkota arkeologi Arab Saudi.

Dibangun antara abad pertama SM dan abad pertama M, kota kuno ini memiliki pekuburan yang mengesankan. Makam diukir pada batu pasir dengan latar gurun pasir di barat laut Arab Saudi.

Suku Nabatean yang membangun tempat ini hingga menjadi pos terdepan kerajaan di selatan sampai abad ke-12.

Suku Nabataen adalah pemahat batu raksasa ulung, juga memperdagangkan bahan aromatik, seperti dupa dan rempah-rempah, yang banyak digunakan dalam ritual keagamaan. Di antaranya, kemenyan dan mur, yang oleh banyak orang Barat dikenali sebagai hadiah yang diberikan kepada bayi Yesus dalam Alkitab Kristen. Mereka juga seniman tembikar yang tiada tanding.

Petra dikenal lebih dulu di mata dunia. Petra tidak pernah ditutup. Petra dianggap sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia modern dan didatangi oleh lebih dari satu juta pengunjung per tahun sebelum pandemi. Sebaliknya, Hegra baru dapat diakses oleh turis dunia mulai 2019. Saat itulah Arab Saudi pertama kali mengeluarkan visa turis.

Sejak itu, batu-batu raksasa dengan pahatan indah itu bisa didekati. Wisatawan akan disambut dengan kurma dan secangkir kopi Saudi, yang diseduh dengan sangat ringan dan sering dicampur dengan kapulaga. Kopi itu dituangkan dari guci perak tradisional dengan cerat melengkung.

Dari sana, mereka dapat menaiki Land Rover antik bergaya abad pertengahan (dengan atau tanpa atap, tergantung cuaca) bersama pemandu dan berangkat menjelajah.

Biasanya, al-Ula dan wilayah dikunjungi pada pagi atau sore hari. Terlebih lagi di Hegra, yang tidak memiliki pepohonan atau bangunan untuk menghalangi terik matahari di siang bolong.

Turis akan dibawa ke situs terindah tinggal Suku Nabataen di sana, Qasr al-Farid (bahasa Arab untuk benteng yang sepi). Batu dengan pahatan itu berdiri sendiri dengan gagah, struktur setinggi 72 kaki dan menghadap hamparan pasir. Kontrasnya menghasilkan latar belakang foto yang luar biasa, terutama sesaat sebelum sunset, karena cahaya oranye merah muda memicu warna gurun.

Batu raksasa itu adalah makam. Area sekitar kusen pintu dapat menunjukkan nama-nama orang yang dimakamkan di sana. Detail desain memberikan petunjuk tentang asal perjalanan penghuninya. Gambar burung phoenix, elang, dan ular menyiratkan gabungan budaya Yunani dan Mesir.

“Kita semua pernah mendengar tentang bangsa Asiria, kita semua pernah mendengar tentang bangsa Mesopotamia,” kata Wayne Bowen, profesor sejarah di Universitas Central Florida seperti dikutip dari CNN Travel.

“Tetapi (bangsa Nabatean) melawan Romawi, mereka melawan Yunani Helenistik, mereka memiliki sistem waduk yang luar biasa di gurun, mengendalikan jalur perdagangan,” dia menambahkan.

Meskipun bangsa Nabatean tidak meninggalkan banyak dokumentasi sejarah, salah satu pencapaian budaya mereka terus memainkan peran besar di wilayah ini. Alfabet Nabatean menjadi fondasi bahasa Arab modern.

Baca juga: Disebut Keajaiban Dunia, Inilah Megahnya Situs Sigeria Warisan Dunia UNESCO

Dalam mitologi Arab, al-Ula merupakan daerah berhantu yang dihuni oleh jin dan roh jahat. Sejumlah sumber menyebut, stigma tempat berhantu atau terkutuk yang melekat pada Al Ula berkaitan dengan kisah kaum Tsamud.

Mengutip Atlas Obscura, sebuah riwayat menyebut Nabi Muhammad SAW sempat menghindari kota Al Ula yang menjadi saksi kehidupan kaum Tsamud tersebut. Beliau mempercepat langkahnya saat melewati Al Ula dalam perjalanan menuju Perang Tabuk.

Selain itu, Ibnu Battuta juga pernah menceritakan adanya rombongan karavan yang enggan berhenti di Madain Saleh.

Sumber: detik.com kompas.com

[post-views]
Selaras
error: Content is protected !!