Jakarta, mu4.co.id – Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap produk yang dinilai berafiliasi dengan Israel masih terus berlangsung dan gencar dilakukan di seluruh dunia, seiring dengan serangan Israel yang semakin bertubi-tubi di tanah Gaza, Palestina.
Menurut Dosen Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Arif Luqman Hakim, jika dilihat dari segi ekonomi aksi ini dapat berpengaruh pada karyawan yang bekerja di perusahaan terkait.
Contohnya yaitu hilangnya pekerjaan, penurunan penghasilan, hingga menurunnya minat dan daya beli konsumen, serta dalam jangka panjang akan berdampak cukup signifikan yang memengaruhi perdagangan internasional maupun ekonomi nasional lebih jauhnya
Salah satu dampak yang bisa dirasakan Indonesia menurutnya adalah potensi pengurangan produk impor dan dapat berpengaruh pada perdagangan dan ketersediaan produk tertentu di pasar Indonesia.
Meski demikian, Arif menyebut bentuk aksi ini memiliki dampak lain yang positif, yaitu dapat mendukung produk lokal semakin eksis dan dilirik masyarakat Indonesia.
“Justru ini adalah momen yang tepat bagi pemerintah untuk mendukung produk lokal agar lebih eksis di kancah nasional. Ini merupakan peluang untuk menunjukkan kualitas produk lokal juga tidak kalah menarik dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.
Baca juga: Media Asing Soroti Indonesia Boikot Produk Israel
Selain itu, sejumlah perusahaan yang menjadi sasaran boikot mulai ketar-ketir. Mereka memberikan klarifikasi karena gerakan boikot dilaporkan sudah berdampak pada berkurangnya jumlah pelanggan.
Belum ada laporan nilai kerugian terbaru yang diderita Israel, namun laporan Al Jazeera pada 2018 lalu mengungkap bahwa gerakan boikot berpotensi menimbulkan kerugian hingga US$11,5 miliar atau sekitar Rp180,48 triliun (asumsi kurs Rp15.694/US$) per tahun bagi Israel.
Dan dalam beberapa waktu terakhir, misi prioritas diplomatik Israel adalah penanggulangan gerakan BDS. Bahkan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bertindak melarang kelompok yang mendukung gerakan boikot tersebut. Karena, ribuan orang di Israel akan berpotensi kehilangan pekerjaan jika negaranya diboikot secara penuh oleh internasional.
Namun melansir dari The Jerusalem Post, lsrael membantah gerakan boikot dapat merugikan mereka. Justru, mereka menyebutkan jika hal itu hanya akan menambah penderitaan rakyat Palestina, bukan menguranginya.
Selain itu Brookings Institution, organisasi nirlaba yang melakukan penelitian untuk meningkatkan kebijakan dan tata kelola di tingkat lokal, nasional, dan global, yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa gerakan BDS tidak akan secara drastis mempengaruhi perekonomian Israel.
Sumber: cnbcindonesia.com