Media Berkemajuan

8 September 2024, 10:10

Hari Lahir 2 Pahlawan Indonesia Ini Ditetapkan UNESCO Sebagai Perayaan Internasional

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
UNESCO Tetapkan Hari Kelahiran 2 Pahlawan Nasional Jadi Perayaan Internasional. [Foto: Kemdikbud]

Paris, mu4.co.id – Hari kelahiran dua pahlawan Indonesia ditetapkan UNESCO sebagai perayaan internasional. Penetapan itu diumumkan oleh Direktur Jenderal UNESCO pada hari penutupan Sidang Umum ke-42 UNESCO pada 22 November 2023 di Paris, Prancis.

Dua pahlawan itu ialah pejuang perempuan asal Aceh, Keumalahayati dan sastrawan AA Navis. Dilansir dari laman Kemendikbud, penetapan ini berlangsung saat sesi sidang Plenary Report dari rangkaian Sidang Umum UNESCO ke-42.

Baca juga: 6 Tokoh Diberi Gelar Pahlawan Nasional pada Hari Pahlawan 2023, Siapa Saja?

Ditetapkannya dua pahlawan ini secara garis besar merujuk tiga kriteria. Yang pertama, yakni tahun kelahiran atau kematian tokoh terkait dengan cita-cita dan misi organisasi dalam bidang pendidikan, budaya, ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial dan kemanusiaan.

Kriteria kedua, yaitu komunikasi. Dalam kriteria ini, usulan mempertimbangkan keterwakilan gender. Hanya usulan anumerta yang dapat diajukan.

Kriteria ketiga, mengandung peristiwa universal. Usulan minimal didukung oleh dua negara, memiliki dampak besar bagi negara atau dunia, dan sebagainya.

Lantas, siapa sosok Keumalahayati dan AA Navis?

Keumalahayati merupakan salah satu tokoh heroik perempuan paling awal di Indonesia. Ia diakui sebagai pahlawan nasional atas keberanian, kepemimpinan, dan kontribusinya dalam membela tanah air.

Keumalahayati Malahayati, laksamana laut yang disegani dunia dari Kesultanan Aceh. (Foto: Istimewa/id.wikipedia.org)

Keumalahayati hidup di wilayah yang terkenal dengan tradisi maritim kuat. Ia mengenal dunia peperangan laut sejak usia muda. Ayahnya, Laksamana Mahmud Syah, adalah seorang panglima angkatan laut armada Aceh yang terampil dan dihormati.

Ketika ayahnya meninggal dunia, Sultan Alauddin Riayat Syah dari Aceh mengangkat Keumalahayati sebagai laksamana baru. Jabatan Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh menjadikan Keumalahayati sebagai laksamana perempuan pertama dalam sejarah Indonesia dan Asia Tenggara.

Pengusulan penetapan peringatan 475 tahun kelahiran Keumalahayati (1550-1615) mendapat dukungan dari Malaysia, Federasi Rusia, Thailand, dan Togo.

Sementara Ali Akbar Navis atau lebih dikenal dengan AA Navis, merupakan seorang penulis dan budayawan terkemuka Indonesia. AA Navis menghasilkan sejumlah besar publikasi dan bekerja menjadi guru bagi penulis lain selama hidupnya.

AA Navis. (Foto: Balai Bahasa Sumatera Barat Kemdikbud)

Ia lahir di Padangpanjang, Sumatera Barat, 17 November 1924. Anak sulung dari 15 bersaudara. Membaca majalah Panji Islam dan Pedoman Masyarakat langganan orang tuanya, Navis tumbuh menggemari cerita pendek (cerpen) dan cerita bersambung (cerbung), dikutip dari laman Badan Bahasa Kemendikbud.

Tahu anaknya senang membaca, ayahnya, Sutan Marajo Sawiyah, membelikan Navis buku bacaan yang ia suka. Buku-buku bacaan menjadi bekal ia meniti karier kepenulisan dan sastra di usia 20-an tahun, hingga karyanya mulai diakui di usia 30-an.

Penulis Robohnya Surau Kami ini kelak dikenal dengan cerpen, naskah sandiwara kritik, dan esainya. Ia berupaya menyoroti kelemahan cerpen Indonesia dan mencari kekuatan cerpen asing. Kritikus sastra asal Belanda, Andries Teeuw, menilai Navis sebagai pengarang Angkatan Baru yang menyuarakan Sumatera di tengah pengarang Jawa.

Peraih Hadiah Sastra South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1992) ini menggeluti sastra sambil menghidupi keluarga sebagai pemimpin redaksi Semangat, harian angkatan bersenjata di Padang, dan lain-lain. Istrinya, Aksari Yasin, membantu Navis dengan mendampingi dan membaca tulisannya. Reaksi Aksari menjadi tolok ukur apakah tulisannya sudah sesuai dengan keinginannya atau belum.

Pengusulan penetapan peringatan 100 tahun kelahiran Ali Akbar Navis (1924-2003) mendapat dukungan dari Malaysia, Federasi Rusia, Thailand, dan Togo.

Baca juga: Tambah Satu Lagi, Kolintang Akan Jadi Warisan Budaya UNESCO!

Dengan ditetapkannya dua tokoh ternama itu, maka menggenapkan prestasi Indonesia dalam UNESCO selama periode Sidang Umum UNESCO ke-42 di tahun 2023 ini. Dilansir dari laman Kemdikbud, Indonesia berhasil mendulang beberapa prestasi:

  1. Terpilih sebagai anggota Dewan Eksekutif UNESCO
  2. Terpilih sebagai anggota Dewan International Programme for the Development of Communication (IPDC)
  3. Meresmikan Indonesian Corner di markas besar UNESCO
  4. Penetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi sidang umum UNESCO

Sumber: detik.com

[post-views]
Selaras