Gaza, mu4.co.id – Gaza diguyur hujan deras pada Selasa (15/11/2023). Hujan ini menimbulkan kekhawatiran dan tantangan baru bagi warga Palestina. Terutama mereka yang mengungsi di tenda-tenda darurat selama berminggu-minggu.
Mereka khawatir hujan deras berpotensi menjadi bencana banjir. Pasalnya sistem pembuangan limbah di Gaza tak dapat berfungsi dengan baik.
Gaza merupakan wilayah yang terkadang dilanda banjir jika hujan deras terus mengguyur.
Baca juga: Israel Kepung RS Al Shifa, Jenazah Warga Palestina Menumpuk Hingga Dimakan Hewan Liar
Para pengungsi juga mengkhawatirkan akan kemungkinan wabah penyakit yang menyebar di tenda pengungsian.
Tak hanya itu, hujan deras ini juga menimbulkan kekecewaan para pengungsi di tempat pengungsian PBB di Khan Younis.
Pasalnya, ketika terbangun, mereka mendapati pakaian mereka yang dijemur semalam basah kuyup.
Seorang pengungsi, Fayeza Srour, mengungkapkan kekhawatirannya jika hujan terus mengguyur Gaza.
“(Dulu) kami berada di sebuah rumah yang terbuat dari beton dan sekarang kami berada di dalam tenda,” kata Fayeza Srour dilansir dari Al Arabiya.
Menurutnya, jika terjadi banjir maka tenda mereka tidak akan mampu menahannya.
“Terpal nilon, tenda dan kayu tidak akan tahan terhadap banjir. Orang yang tidur di lantai, apa yang akan mereka lakukan? Kemana mereka akan pergi?” katanya.
Baca juga: Pasien Kritis dan Bayi di Inkubator Tewas Satu per Satu di RS Al-Shifa Gaza
Sementara pengungsi lainnya, Karim Merish, mengatakan para pengungsi berdoa agar hujan berhenti.
“Anak-anak, perempuan, orang lanjut usia berdoa kepada Tuhan agar hujan tidak turun,” ujarnya.
Karim menyebut, jika hujan tidak berhenti maka akan menambah penderitaan para pengungsi.
“Jika hal ini terjadi maka akan sangat sulit dan kata-kata tidak akan mampu menggambarkan penderitaan kami,” tambahnya.
Juru bicara Dewan Pengungsi Norwegia, Ahmed Bayram, mengatakan musim hujan menandai minggu tersulit di Gaza sejak eskalasi dimulai.
Hujan yang mengguyur Gaza akan menghambat pencarian korban.
“Ini akan membuat lebih sulit untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan, atau menguburkan orang mati, semua ini terjadi di tengah pemboman yang tak henti-hentinya dan bencana kekurangan bahan bakar,” jelas Ahmed Bayram.
Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, Gaza menghadapi peningkatan risiko penyebaran penyakit karena pemboman yang terus diluncurkan Israel.
Pemboman ini sangat mengganggu sistem kesehatan, menghambat air bersih, dan menyebabkan orang berkumpul di tempat pengungsian.
Baca juga: Negara-negara Ini Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel
Juru bicara WHO di Jenewa, Margaret Hariss, mengabarkan bahwa wabah diare telah melanda Gaza.
“Kita sudah mengalami wabah penyakit diare,” katanya.
Kasus diare di Gaza juga terus meningkat. Sekitar 30.000 kasus diare pada periode dimana WHO biasanya memperkirakan 2.000 kasus.
Maka dari itu, ia meminta untuk segera dilakukan gencatan senjata.
Sumber: Tribunnews.com