Media Berkemajuan

8 September 2024, 10:42

Dukung Palestina, Yaman Bajak Kapal Pengusaha Israel di Laut Merah

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Penampakan kapal kargo Galaxy Leader yang diklaim oleh kelompok milisi Houthi Yaman sebagai milik pengusaha Israel. [foto: Reuters]

Sana’a, mu4.co.id – Kelompok Houthi di Yaman pada Ahad (19/11) mengklaim telah menyita sebuah kapal milik seorang pengusaha Israel, maestro pelayaran internasional dan miliarder Abraham Ungar yang bernama ‘Rami’, di Laut Merah dan mengalihkannya ke pantai Yaman.

Basis data kapal PBB mengidentifikasi pemilik kapal tersebut sebagai perusahaan yang berbasis di Tel Aviv, Ray Shipping Ltd. Dilansir dari Times of Israel, Ungar adalah pendiri Ray Shipping dan dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Israel.

Mendengar penyitaan kapal ini, Israel, Amerika Serikat (AS), dan Jepang mengutuk tindakan Yaman.

Baca juga: Luncurkan Rudal Hipersonik, Iran Desak Negara-negara Islam Putus Hubungan dengan Israel

Sementara itu, Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuturkan, kapal tersebut dimiliki oleh sebuah perusahaan Inggris dan dioperasikan oleh sebuah perusahaan Jepang. 

Nippon Yusen, yang juga dikenal sebagai NYK Line dari Jepang, mengkonfirmasi kepada AFP bahwa mereka mengoperasikan kapal Galaxy Leader yang berbendera Bahama.

Dalam pernyataan resminya, tentara Israel menggambarkan insiden tersebut sebagai “insiden yang sangat serius dalam skala global” dan mengklarifikasi bahwa kapal tersebut bukan milik Israel.

“Kapal tersebut berangkat dari Turkiye dalam perjalanan ke India, diawaki oleh warga sipil dari berbagai negara, tidak termasuk warga Israel.”

Tentara Israel juga dengan cepat menyalahkan Iran atas serangan itu.

Namun, Yaman akan terus melakukan operasi militer melawan Israel, “Pasukan Houthi akan terus melakukan operasi militer melawan musuh Israel sampai agresi terhadap Gaza berhenti dan kejahatan buruk terhadap saudara-saudara Palestina kami di Gaza dan Tepi Barat berhenti,” kata Saree, sebagaimana dikutip AFP.

Baca juga: Bantuan Kemanusiaan dari PBB Kembali Terhenti Karena Perizinan Israel

Seperti diketahui, Angkatan Bersenjata Yaman, yang bersekutu dengan gerakan perlawanan Ansarallah, sebelumnya telah mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada 19 November bahwa mereka akan menargetkan semua kapal yang berhubungan dengan Israel di Laut Merah.

“Untuk memberikan bantuan kepada rakyat kami yang tertindas di Gaza,” angkatan bersenjata mengumumkan, “mereka akan menargetkan … kapal-kapal yang membawa bendera entitas Zionis, kapal-kapal yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan Israel, kapal-kapal milik perusahaan-perusahaan Israel.”

Selain itu, pernyataan Yaman juga menyerukan kepada seluruh negara di dunia untuk menarik warganya yang bekerja sebagai awak kapal-kapal ini dan menghindari pengiriman atau menangani kapal-kapal ini,” dan untuk memberitahu kapal-kapal tersebut agar menjauh dari kapal-kapal ini.

Ansarallah dan tentara Yaman bersumpah akan terus menyerang kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah.

Sekitar seminggu yang lalu pemimpin Ansarallah Abdel Malik al-Houthi mengatakan bahwa matanya terbuka dan berjanji untuk memantau dan menemukan kapal-kapal Israel di Laut Merah.

“Kami akan terus merencanakan operasi tambahan. Kami tidak bisa berhenti,” katanya.

Ia menambahkan bahwa, “Kami tidak akan ragu untuk menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel.”

Baca juga: Negara-negara Ini Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Menanggapi pernyataan itu, tentara Israel pun mengerahkan kapal perang ke Laut Merah.

Menurut laporan media Ibrani, beberapa serangan ini telah dicegat oleh Arab Saudi dan Yordania.

Meskipun demikian, Yaman telah berjanji untuk terus menyerang Israel.

Perdana Menteri Pemerintah Keselamatan Nasional (NSG) Yaman, Abdulaziz bin Habtour, mengatakan pada 10 November bahwa Sanaa akan terus melakukan serangan terhadap Israel selama kampanye pembersihan etnis di Gaza terus berlanjut.

Bin Habtour menambahkan bahwa serangan akan terus berlanjut meskipun ada kemungkinan kemunduran dalam perundingan perdamaian dengan koalisi pimpinan Saudi di Yaman, karena memperjuangkan Palestina adalah “tugas suci bagi setiap Muslim dan Arab.”

Pemerintah Sanaa juga memutuskan untuk melarang semua barang buatan AS dan yang diproduksi oleh perusahaan internasional yang mendukung pendudukan Israel di Palestina.

Sumber: Serambinews.com

[post-views]
Selaras