Media Berkemajuan

18 September 2024, 13:09

Dua Anak Ajaib Palestina Tiba di Jakarta, Bagikan Kisah Perjuangannya Kepada Dunia!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Anak Palestina
Dua Anak Ajaib Palestina Tiba di Jakarta [Foto: mui.or.id]

Jakarta, mu4.co.id – Dua anak laki-laki asal Gaza, Palestina, Ramadhan Abu Jazar (10) dan adik kandungnya Walid Abu Jazar (7) yang kerap dijuluki sebagai “miracle” atau ajaib tiba di Jakarta dibawa oleh Organisasi kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH).

Keduanya pun diperkenalkan dalam forum silaturahim antara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan King Hussein Cancer Centre (KHCC), Islamic Charity for Society (ICC) dan Anak Ajaib Gaza di Jakarta, Selasa (10/09/2024).

Pendiri INH, Muhammad Husein Gaza menceritakan bahwa kedua anak Palestina itu dijuluki anak ajaib karena mereka mampu membangkitkan semangat orang-orang Palestina, dengan membagikan kisah inspiratif kepada dunia, tentang perjuangan mereka bertahan hidup di tengah perang Gaza, melalui konten keseharian mereka di Gaza.

Keduanya pun kerap diundang ke berbagai pertemuan, wawancara dan menjadi tamu podcast untuk menceritakan bagaimana kondisi sebenarnya di Gaza dan menularkan semangat perjuangan yang mereka miliki. “Mereka adalah seorang influencer yang kontennya selama di Gaza, kemudian dia membuat video bukan mengemis atau menangisi keadaan. Video nya adalah video motivasi untuk membangkitkan semangat orang-orang di Gaza. Followersnya 1,5 juta di Instagram,” ungkap Husein.

Baca juga: Gegara Israel Cegah BBM Masuk, RS Indonesia di Gaza Terancam Berhenti Beroperasi!

Lebih lanjut Husein menyebutkan bahwa kedua anak Palestina tersebut sempat terjebak di tengah perang Gaza selama 6 bulan. Sampai akhirnya mereka dievakuasi pihak Qatar dan dibawa INH berkunjung ke Jakarta. “Di tengah genosida, dia dievakuasi oleh pemerintah Qatar, Qatar hanya mengevakuasi beberapa orang yang dianggap aset besar,” ungkapnya.

Salah satu anak Palestina tersebut, Ramadhan mengatakan bahwa dirinya lahir pada tahun 2014 dan sudah dihadapkan pada perang mematikan yang merenggut 140 anggota keluarga besarnya di Gaza.

“Ramadan lahir di tahun 2014, saat itu Gaza diserang dalam perang panjang 50 hari dan ketika hari saya lahir, paman saya syahid, namanya Ramadhan, maka ayah menamai saya Ramadhan. Rumah kami hancur, paman bibi saya syahid. Saya besar dengan suasana yang tidak berbeda. Saya hidup di tiga perang setelahnya,” ungkapnya.

Kemudian pada perang Gaza terpanjang sejak 7 Oktober, Ramadhan kembali melihat rumahnya hancur, keluarganya meninggal dunia dan keinginannya untuk bersekolah pun pupus. Dirinya pun berpesan agar umat Muslim bersatu memperkuat dukungan untuk Gaza. Karena ia sangat yakin bahwa Israel tidak akan berhenti menjajah, dan mungkin setelah Palestina berhasil diduduki, negara-negara Muslim bisa terancam.

“Israel tidak akan puas dengan menguasai Gaza, dengan menguasai Palestina. Kami yakin kalau Gaza runtuh, Israel akan melanjutkan ekspansi mereka sejauh yang bisa mereka lawan,” ujarnya.

Baca juga: Israel Demo Masal, Akibatkan Bandara Ben Gurion Tutup, Begini Kejadiannya!

Lebih lanjut, Ramadhan mengatakan bahwa serangan Israel bukan hanya mimpi buruk bagi Palestina, tetapi juga untuk negara-negara lain. Dimana Gaza saat ini tengah berjuang mempertahankan tanah mereka dan menghentikan ekspansi Israel ke wilayah lainnya.

“Bukan kami yang membutuhkan kalian. Kalian yang membutuhkan kami. Karena hari ini warga Gaza lah yang sedang mempertahankan Masjidil Aqsa, dengan mengorbankan nyawa mereka, harta mereka,” tegasnya.

Karenanya Ramadhan memohon agar dukungan semakin diperkuat. Jangan sampai Gaza hancur dan umat Muslim menjadi sasaran selanjutnya. “Maka kami mohon bantu Gaza Totalitas, bantu Gaza sekuat tenaga, sebagaimana Israel dibantu oleh Amerika, Inggris Prancis dengan totalitas, kita juga ingin dibantu oleh umat Islam dengan totalitas,” kata anak berusia 10 tahun itu.

Sementara itu, sang adik, Walid pun juga menyampaikan hal serupa. Dirinya mengatakan bahwa kehidupan di Gaza sangat sulit, tetapi semangat juang mereka tidak akan pernah turun.

“Kami anak Palestina ini hidup tumbuh kembang dengan penderitaan. Makan siang itu perih dan luka, itu tidak akan pernah menurunkan semangat kali. Kami akan terus berjuang. Kami tidak akan gentar, meski kami harus meminum air garam untuk bertahan,” tutur Walid.

(rmol.id)

Salah satu konten yang dibuat Anak Palestina [Video: TikTok @Cyrus]

[post-views]
Selaras