Jakarta, mu4.co.id – Dibalik kabar Muhammadiyah memutuskan menarik dananya yang mencapai belasan triliun dari BSI, terdapat sejumlah alasan yang muncul mulai dari mencegah risiko penumpukan dana di satu bank hingga menjaga persaingan diantara bank syariah.
Namun di samping itu, mencuat kabar bahwa sebelumnya Muhammadiyah sempat diminta oleh BSI untuk memasukkan beberapa nama dari Muhammadiyah sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Komisaris BSI sebelum keputusan penarikan dana itu dilakukan. Lantas Muhammadiyah pun memasukkan nama Jaih Mubarak sebagai calon DPS dan Abdul Mu’ti sebagai calon Komisaris di BSI.
Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Gunawan Budiyanto membenarkan cerita tersebut bahwa BSI sempat meminta Muhammadiyah untuk mengusulkan nama kadernya guna mengisi jajaran komisaris bank syariah tersebut. “Saya dengar sempat diminta tiga kali, awalnya ditolak oleh PP,” kata Gunawan, dilansir dari tempo.co, Jumat (21/06/2024).
Baca juga: Saham BSI Anjlok, Imbas Dari Muhammadiyah Tarik Dananya!
Akan tetapi pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 17 Mei 2024 lalu, Abdul Mu’ti nama yang sudah disodorkan oleh Muhammadiyah tidak diterima sebagai komisaris BSI, justru yang diterima adalah politikus Gerindra Felicitas Talulembang.
Padahal beberapa petinggi di Muhammadiyah juga menjabat di Bank-bank Syariah lainnya, seperti Abdul Mu’ti yang menjabat sebagai Komisaris Independen di Bukopin Syariah dan Anwar Abbas yang menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah di Bank Mega Syariah.
Lalu siapakah sosok Felicitas Talulembang?
Felicitas Talulembang lahir di Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan pada 6 November 1959. Ia merupakan lulusan dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hasanuddin (Unhas) dan pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui pergantian antarwaktu (PAW) sisa masa jabatan 2014-2019, sejak Selasa, 3 Oktober 2017.
Selain itu, dirinya juga pernah menggantikan rekan satu fraksinya di Gerindra yang tutup usia yakni, Andi Nawir Pasinringi. Dan juga pernah menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada periode yang sama, yakni 2014-2019. Setelah masa jabatannya berakhir di DPR RI, Felicitas pun maju sebagai calon legislatif daerah pemilihan Sulawesi Selatan III. Namun, gagal melaju ke Senayan.
Tak hanya itu, selain menjadi politikus dan dokter, Felicitas juga sempat menduduki kursi Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sinjai pada 1999-2008. Dirinya dikenal sebagai pebisnis yang memiliki beberapa perusahaan perdagangan hasil bumi di bawah Grup Cetara sejak 2005, termasuk pertambangan nikel, yaitu PT Cetara Bangun Persada, PT Cetara Indah Persada, PT Cetara Karya Perkasa, PT Cetara Prima Persada, PT Cetara Karya Gemilang, dan PT Cetara Mulya Persada.
Pengangkatan Felicitas Tallulembang sebagai komisaris independen pun disebut menjadi rekor baru bagi BSI. “Kali pertama ini BSI sejak merger, baru punya komisaris perempuan,” ujar Direktur Utama BSI Hery Gunady.
(tempo.co, viva.co)