Banjarmasin, mu4.co.id – Muktamar merupakan forum permusyawaratan tertinggi bagi persyarikatan Muhammadiyah yang diselenggarakan lima tahun sekali. Sejak Muhammadiyah berdiri pada 1912 hingga November 2022 nanti, total Muhammadiyah akan menyelenggarakan perhelatan tertinggi ini sebanyak 48 kali. Dan kota Banjarmasin pernah pula menjadi tuan rumah muktamar Muhammadiyah.
Muktamar juga merupakan bukti bahwa praktik berdemokrasi sudah berlangsung di Muhammadiyah sejak awal mula berdirinya organisasi ini. Sebab, dalam muktamar, pemilihan pengurus tingkat pusat menjadi agenda utama selain menyusun program kerja lima tahunan.
Berikut kami rangkumkan daftar Muktamar Muhammadiyah dari masa paling awal hingga sekarang.
Kota-Kota yang Pernah Menjadi Tuan Rumah
Masa paling awal forum permusyaratan tertinggi Muhammadiyah terjadi pada tahun 1912 hingga 1941. Pada masa ini, forum permusyawaratan digelar setiap satu tahun sekali.
Awalnya selama 1912-1921, istilah yang dipakai adalah Rapat Umum yang dalam bahasa Belanda ‘Algemene Vergadering.’ Namun Muhammadiyah juga sempat memakai istilah Belanda lain seperti ‘Jaarvergadering’ (pertemuan tahunan) pada 1922. Forum tertinggi ini selalu digelar di ibukota Muhammadiyah, Yogyakarta. Yakni I (1912), II (1913), III (1914), IV (1915), V (1916), VI (1917), VII (1918), VIII (1919), IX (1920), X (1921), XI (1922), XII (1923), XIII (1924), dan XIV (1925). Namun selepas tahun itu, pertemuan tsb mulai diselenggarakan di luar Yogyakarta secara bergilir. Untuk memudahkan jangkauan para peserta, forum tinggi Muhammadiyah tsb selalu digelar di kawasan perkotaan.
Pada tahun 1923, Muhammadiyah mulai menggunakan istilah Indonesia, yakni Perkumpulan Tahunan. Namun sejak 1924-1946, Muhammadiyah mulai menggunakan istilah serapan dari bahasa Inggris, yakni Congress (kongres).
Selanjutnya, berubahlah menjadi Kongres Tahunan. Istilah tersebut hanya digunakan dua kali. Yakni Kongres Tahunan XV (1926) di Surabaya, dan Kongres Tahunan XVI (1927) di Pekalongan.
Pada 1928, berubah lagi namanya menjadi Kongres Besar Tahunan (ke-17), di Yogyakarta; Ke-18 (1929) di Surakarta; ke-19 (1930) di Minangkabau; Ke-20 (1931) di Yogyakarta; Ke-21 (1932) di Makassar; Ke-22 (1933) di Semarang; Ke-23 (1934) di Yogyakarta; Ke-24 (1935) di Banjarmasin; Ke-25 (1936) di Jakarta; Ke-26 (1937) di Yogyakarta; Ke-27 (1938) di Malang; Ke-28 (1939) di Medan; Ke-29 (1940) di Yogyakarta; Ke-30 (1941) di Purwokerto.
Kongres Besar Muhammadiyah ini sempat memakai istilah khusus, misalnya pada tahun 1936 di Jakarta dengan nama Congres Seperempat Abad.
Perubahan jeda waktu mulai terjadi ketika Indonesia memasuki masa revolusi fisik rakyat melawan penjajah dan intensitas peperangan yang tinggi. Dari tahun 1941 sampai 1950, forum tertinggi ini diadakan secara terbatas (darurat) selama dua kali saja.
Yakni pada 1944, jelang kemerdekaan Republik Indonesia (RI), berubah menjadi Muktamar Dharurot, yang berlangsung di Yogyakarta. Kemudian Silaturrahmi se-Jawa tahun 1946, juga dilaksanakan di kota kelahirannya.
Penggunaan istilah Muktamar, baru dimulai pada 1950. Yakni ketika organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini menggelar permusyawaratan tertinggi ke-31, di Yogyakarta. Seterusnya, muktamar dilaksanakan setiap tiga tahun yaitu Muktamar ke-32 (1953), di Purwokerto; Ke-33 (1956) di Palembang; Ke-34 (1959) di Yogyakarta; Ke-35 (1962) di Jakarta atau disebut sebagai Muktamar Setengah Abad sekaligus juga disebut sebagai Muktamar Anugerah karena Muhammadiyah tidak jadi dibubarkan oleh pemerintah; selanjutnya Ke-36 (1965) di Bandung; Ke-37 (1968) di Yogyakarta; Ke-38 (1971) di Ujung Pandang (Makassar); ke-39 (1974) di Padang; kecuali yang Ke-40 (1978) di Surabaya, jedanya empat tahun.
Pada Muktamar ke-41 di Surakarta, pelaksanaannya agak terlambat (1985), dikarenakan ada kebijakan pemerintah yang mewajibkan semua orsospol harus menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas, yang menimbulkan eskalasi politik yang meningkat.
Setelah itu, pelaksanaan Muktamar dilakukan rutin setiap lima tahunan, yaitu Muktamar ke-42 (1990) di Yogyakarta; Ke-43 (1995) di Aceh; Ke-44 (2000) di Jakarta; Ke-45 (2005) di Malang; Ke-46 (2010) di Yogyakarta disebut sebagai Muktamar Satu Abad. Terakhir, ke-47 (2015) di Makassar.
Semula muktamar ke-48 seharusnya dilaksanakan tahun 2020 di Surakarta tetapi dikarenakan pandemi global Covid-19 yang mengakibatkan muktamar ditunda selama dua tahun menjadi 2022.
Kota-kota yang pernah menjadi tuan rumah adalah Jakarta (3 kali), Surakarta (4 kali), Makassar (3 kali), Malang (2 kali), Surabaya (2 kali), Purwokerto (2 kali), dan sekali di kota seperti Bukittinggi, Padang, Pekalongan, Semarang, Bandung, Medan, Banjarmasin, dan Palembang.
(dari berbagai sumber)