Jakarta, mu4.co.id – Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa, memperkirakan lebih dari 100 ribu ton beras impor Bulog berisiko disposal atau tidak layak konsumsi tahun ini, dengan potensi kerugian sekitar Rp1,2 triliun.
Ia mencatat stok beras impor di gudang Bulog masih cukup besar, sekitar 1,7–1,9 juta ton, sisa impor tahun lalu yang masuk pada Februari 2024. Jika dihitung sejak penyimpanan di negara asal, usia beras itu hampir 2 tahun.
Dwi menilai beras yang disimpan hampir dua tahun sudah tidak layak konsumsi. Meski tampak bagus karena kualitas premium dengan kadar broken di bawah 5 persen, namun rasa dan mutunya dipastikan turun drastis.
“(Itu beras yang ada di Bulog?) Ya kan ada yang dari sisa impor aja kan 1,7 juta sampai 1,9 juta ton. Pokoknya sekitar itulah yang sisa impor tahun lalu. Dan sisa impor tahun lalu itu kan beras masuk ke Indonesia di Februari 2024. Itu pun sudah lebih dari 1 tahun kan,” ungkap Dwi dikutip dari Kompas, Jum’at (29/8).
Baca Juga: Ditarik Dari Gerai Ritel, Ini Merek Beras Klaim Premium yang Ternyata Oplosan, Apa Saja?
“Belum lagi ketika dia berada di negara yang sebelum diekspor ke Indonesia, bisa-bisa jadi hampir 2 tahun. Dan 2 tahun itu sudah sangat tidak layak sebenarnya dikonsumsi,” sambungnya.
Disposal beras maksudnya adalah beras sudah tidak layak dikonsumsi manusia karena kualitasnya memburuk. Meski begitu, beras tidak selalu dibuang, melainkan bisa dialihkan untuk pakan ternak dengan syarat bebas aflatoksin atau zat berbahaya.
Jika terkontaminasi, beras tak boleh dipakai bahkan sebagai pakan. Alternatif lain, beras disposal dapat dijadikan bahan baku etanol, meski industri ini masih jarang di Indonesia.
Kesimpulannya, disposal menandakan beras sudah tidak bernilai sebagai pangan dan hanya bisa dimanfaatkan untuk fungsi terbatas, atau bahkan tidak terpakai sama sekali bila kualitasnya terlalu buruk.
(Kompas)
