Banjarmasin, mu4.co.id – Haji adalah rukun Islam kelima dan menjadi impian umat Muslim di seluruh dunia. Namun, keterbatasan kuota dari pemerintah Arab Saudi membuat banyak negara harus menerapkan sistem antrean agar keberangkatan jemaah lebih tertib dan seimbang. Di Indonesia sendiri, panjangnya daftar tunggu haji masih menjadi persoalan utama.
Wakil Menteri Agama, Dahnil Anzar Simanjuntak, menyampaikan bahwa masa tunggu haji kini diseragamkan menjadi sekitar 26 tahun. Penyesuaian ini merupakan bagian dari perubahan sistem kuota haji 2026 yang berbeda jauh dari tahun sebelumnya.
Berbeda dengan Indonesia, beberapa negara tidak memiliki antrean haji panjang. Warganya bahkan bisa berangkat pada tahun yang sama setelah mendaftar.
Baca Juga: Kampung Haji Indonesia Akan Beroperasi 2028. Tekan Masa Tunggu dan Kurangi Biaya!
Dilansir dari inilah.com pada Kamis (11/12), berikut tujuh negara tanpa antrean haji, sebagai berikut.
- Brunei Darussalam
Brunei Darussalam, negara kecil dengan sekitar 400 ribu penduduk dan mayoritas Muslim, memiliki kuota haji sekitar 1.000 orang per tahun. Perbandingan jumlah pendaftar dan kuota yang seimbang membuat warganya hampir tidak pernah mengalami antrean panjang. Beberapa laporan juga menyebut bahwa masa tunggu haji di Brunei hanya sekitar 3 tahun.
Pengelolaan haji di Brunei dikenal efisien karena seluruh proses ditangani Kementerian Agama melalui sistem digital yang terpadu dan transparan. Pemerintah juga memberikan subsidi besar untuk biaya haji, sehingga keberangkatan ke Tanah Suci menjadi lebih mudah dan terjangkau.
2.Maladewa
Maladewa yang berpenduduk sekitar 500 ribu jiwa memiliki permintaan haji yang rendah, sehingga kuota yang diberikan Arab Saudi sering kali mencukupi, bahkan tersisa. Melalui Maldives Hajj Corporation, proses pendaftaran hingga keberangkatan dikelola secara disiplin dan transparan oleh lembaga resmi.
Karena jumlah pendaftar sedikit, warga Maladewa biasanya bisa berangkat haji pada tahun yang sama saat mereka mendaftar.
3.Suriname
Suriname memiliki komunitas Muslim yang relatif kecil, sekitar 15% dari total penduduk, sehingga peminat haji pun tidak banyak.
Kondisi ini membuat warga yang mendaftar umumnya bisa berangkat tanpa masa tunggu panjang.
Proses pendaftaran dan keberangkatan dikelola bersama oleh pemerintah serta organisasi keagamaan, sehingga pelaksanaannya tetap tertib dan terkoordinasi.
4.Guyana
Guyana memiliki komunitas Muslim yang kecil, sehingga jumlah pendaftar haji pun minim dan kuota dari Arab Saudi hampir selalu mencukupi. Warga yang memenuhi syarat administratif biasanya bisa berangkat di tahun pendaftaran tanpa masa antre.
Baca Juga: Danantara Targetkan Lahan Strategis Kampung Haji, Bersaing Dengan 90 Perusahaan Lainnya!
Tantangan terbesar justru jarak dan biaya perjalanan karena tidak ada penerbangan langsung ke Arab Saudi. Meski begitu, pemerintah dan komunitas Muslim setempat tetap aktif membantu kelancaran keberangkatan jemaah setiap tahun.
5.Seychelles
Seychelles, negara kecil dengan populasi sekitar 100 ribu jiwa dan hanya 1% Muslim, memiliki permintaan haji yang sangat rendah.
Meski demikian, Arab Saudi tetap memberi kuota resmi. Karena pendaftarnya hanya beberapa orang setiap tahun, warga Muslim Seychelles hampir selalu bisa berangkat tanpa masa tunggu.
6.Fiji
Fiji memiliki komunitas Muslim sekitar 6% dari populasi, mayoritasnya keturunan India. Jumlah pendaftar haji setiap tahun relatif sedikit, sehingga dengan kuota yang tersedia warga dapat berangkat tanpa masa tunggu. Administrasinya sederhana, dan organisasi Islam setempat aktif membantu jemaah mulai dari manasik hingga dukungan kesehatan dan pembiayaan.
7.Bosnia
Bosnia dan Herzegovina memiliki komunitas Muslim besar, tetapi jumlah pendaftar haji masih seimbang dengan kuota Arab Saudi. Pendaftaran dikelola oleh lembaga resmi sehingga prosesnya rapi dan terkoordinasi, lengkap dengan pembinaan bagi jemaah. Karena itu, warga umumnya bisa berangkat di tahun yang sama setelah mendaftar, atau paling lama menunggu satu tahun.
(inilah.com, tirto.id)















