Media Berkemajuan

22 November 2024, 16:55

Bawa Tim Medis dan Bantuan Logistik, Relawan Indonesia Bersiap ke Gaza

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Relawan Indonesia Bersiap ke Gaza. [Foto: alresalah.ws]

Jakarta, mu4.co.id – Merespons perang yang terjadi di Jalur Gaza, Palestina maka dari itu perhimpunan kemanusiaan dan lembaga filantropi asal Indonesia bersiap mengirim relawan. Mereka akan membawa tim medis hingga bantuan logistik untuk meringankan penderitaan warga Gaza.

Kabarnya rumah sakit Indonesia di Gaza sudah kewalahan dengan jumlah pasien yang terus berdatangan dan harus segera diobati dan di waktu yang sama, pasokan medis, termasuk obat-obatan seperti anestesi sangat kekurangan.

Ketua Presidium MER-C Indonesia Dr Sarbini Abdul Murad menyatakan, MER-C  akan mengirim tujuh relawan ke Gaza, baik relawan medis dan non medis, termasuk  mengangkut bantuan besar untuk penduduk Palestina yang menjadi korban keganasan Israel. 

Baca juga: Tanggapan Sekjen PBB Atas Konflik Hamas-Israel Membuat Marah Israel. Ini Katanya!

“Untuk bantuan dalam partai besar, kita sedang koordinasi dengan Kemlu (Kementerian Luar Negeri), hari ini nih ada pertemuan dengan Kemlu untuk koordinasi pengiriman Tim ke sana, saya tidak tahu apakah wartawan diundang, jadi kita usahakan keluar secepat mungkin, kemudian kita juga akan koordinasi dengan KBRI kita di sana (Mesir) untuk penyaluran bantuan yang memang sangat dibutuhkan pada hari ini,” ujar Sarbini dikutip dari Republika, Kamis (26/10/2023).

Sarbini mengatakan, saat ini MER-C memiliki tiga relawan yang sudah berada di Jalur Gaza. Dari tiga relawan itulah, pihaknya mengetahui bagaimana kondisi terkini di Gaza, apa saja kebutuhan yang paling mendesak yang dibutuhkan oleh para korban maupun petugas medis.

“Relawan MER-C non medis ada tiga di Gaza, tugas mereka menyalurkan bantuan, mengkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, mengumpulkan informasi-informasi penting pada kita,” katanya.

Sarbini menambahkan, relawan MER-C berada di garis depan turut serta dalam membantu masyarakat Palestina. Mereka mencari makanan dan air minum di supermarket-supermarket Gaza, termasuk mencari distributor-distributor obat-obatan untuk membantu mengamankan pasokan Medis di rumah sakit Indonesia di Gaza.

Baca juga: Indonesia Desak DK PBB Hentikan Perang di Gaza, Menlu RI: Berapa Banyak Nyawa Lagi Dikorbankan?

“Kondisi mereka aman tidak aman, mohon doanya saja, mudah-mudahan selamat,” kata Sarbini.

Sarbini juga mengabarkan, baru-baru ini Rumah Sakit Indonesia di Gaza sudah kehabisan bahan bakar. Dalam satu hari, pihak rumah sakit hanya bisa menyalakan listrik selama lima jam. Saat memasuki  malam hari hanya bergantung pada panel surya.

“Jadi kita membatasi listrik, satu hari hanya lima jam itu pun pada momen-momen tertentu, kalau malam pakai panel surya untuk menerangi, tapi tidak semuanya, hanya beberapa bagian yang bisa diterangi oleh listrik. Listrik dan obat-obatan anestesi mulai kekurangan semua,” jelas Sarbini.

Sarbini mengaku sebenarnya sudah memesan solar untuk memasok rumah sakit. Hanya saja, Gerbang Raffa, pintu perbatasan antara jalur Gaza dan Mesir masih dalam pengawasan tentara Israel. Dimana setiap kendaraan dan bantuan yang masuk masih dalam pantauan Israel.

“Kita sebenarnya sudah booking di agen solar, tapi untuk sampai ke RS ini susah, karena mobil-mobil itu di pantau oleh militer Israel, mobilnya mobil apa, mobil solar kan kayak mobil pertamina kita, nah itu di bom kalau bergerak. Jadi masih tertahan dan belum tahu kapan bisa masuk,” terangnya.

Tak hanya MER-C, Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) juga bersiap untuk memberangkatkan tim Aju menuju Kairo, Mesir. Keberadaan mereka untuk melakukan koordinasi termasuk proses izin, agar bisa mengirim bantuan logistic, serta agar relawan medis dapat memasuki Gaza dan bekerja di rumah sakit- rumah sakit Palestina yang tengah kewalahan dan kekurangan obat-obatan.

Baca juga: PCIM Mesir Ceritakan Kondisi Terakhir di Perbatasan Mesir dan Gaza

“Kami akan mengirim tim aju atau tim advance yang akan ke sana, menunggu di Kairo, meminta izin apakah relawan tim-tim medis bisa masuk atau tidak, serta bantuan-bantuan kemanusiaan logistik apakah bisa masuk melalui Mesir,” kata Sekjen BSMI Muhammad Rudi dikutip dari Republika, Kamis (26/10/2023).

Menurutnya, jika tim aju memberikan kabar baik, maka tim kedua yang terdiri dari dokter dan relawan juga akan diberangkatkan. Tim kedua ini termasuk juga akan mengirimkan bantuan kemanusian dan bantuan medis dan alat-alat kesehatan, untuk membantu operasional rumah sakit-rumah sakit di gaza.

“(Jika diizinkan) Kita bersiap untuk bisa mengirimkan bantuan juga melalui darat. Tim kedua ini dokter-dokter spesialis untuk bisa masuk ke Gaza, bisa bekerja di rumah sakit-rumah sakit yang ada, sekalian membawa bantuan alat-alat kesehatan dan obat-obat terkait dengan medis,” terangnya.

Menurut Rudi, bantuan pada tahap awal dan tahap kedua juga telah dilakukan oleh BSMI pada saat pintu Rafah atau gerbang perbatasan jalur Gaza dan Mesir belum dibuka. Bantuan tersebut dikirimkan dalam bentuk uang melalui relawan lokal di Gaza. Mereka  kemudian membelikan obat-obatan, makanan, dan air minum untuk para korban dan rumah sakit.

“Untuk tahap awal kita lihat bahwa emergency itu obat-obatan dan makanan, jadi kami dengan mitra lokal di sana sudah mengirim bantuan obat-obatan di jabaliyah, makanan siap saji kita juga sudah berikan di pengungsian jabaliyah utara, sambil menunggu tim aju,” kata Rudi.

Menurut Ketua Umum BSMI Djazuli Ambari, sejak perang Hamas-Israel meletus dan perbatasan Rafah masih ditutup, tim lokal BSMI telah bergerak mengirimkan bantuan-bantuan emergency tersebut. Salah satunya bekerja sama dengan tim lokal dan para dokter yang pernah mendapat beasiswa di Indonesia dari BSMI.

“Bantuan tahap pertama, saat pintu Rafah masih ditutup, (bantuan) kita sudah sampai, ada mitra kita disana yang bisa bantu. Ada lembaga yang bisa bekerja sama di sana, ada mahasiswa juga yang kita sekolahin di Indonesia mereka sudah pulang di sana, jadi sebagai kontak kita di sana, dan bantuan uang kita kirim ke mereka untuk diberikan (bantuan) kepada rumah sakit-rumah sakit, ada makanan, juga untuk air minum, air bersih, obat-obatan sudah sampai di tahap pertama, walaupun Raffah masih ditutup,” kata Djazuli.

Djazuli berharap, bantuan tahap tiga ini juga bisa masuk. Bantuan tersebut akan sangat membantu para petugas medis dan juga dokter-dokter di Gaza.

“Ahli ortopedi, ahli obgyn, ahli bedah, saraf, dokter umum, jiwa, dan yang lainnya, jadi tim Aju akan berangkat lebih dulu untuk memastikan izinnya boleh masuk atau tidak, mudah-mudahan kita mendapat izin ke Gaza,” ujarnya.

GM Kesehatan Dompet Dhuafa, dr Yeni Purnamasari mengatakan Dompet Dhuafa telah menyalurkan bantuan tahap pertama pasca serangan Israel, Sabtu (7/10/2023). Saat ini Dompet Dhuafa bersama mitra relawan di Palestina telah mendata kebutuhan mendesak bagi warga Gaza, Palestina. Selain kebutuhan dasar, seperti makanan dan air bersih, saat ini kebutuhan mendesak adalah peralatan medis dan obat-obatan.

“Setelah memahami situasi keamanan di Palestina dan negara sekitarnya, kami berencana untuk mengirimkan relawan ke Mesir untuk menyalurkan bantuan ke Palestina,” ujarnya dalam siaran langsung Youtube di akun Dompet Dhuafa, Kamis (26/10/2023).

Dalam dua hari ini, Dompet Dhuafa akan membahas pengiriman relawan ke Mesir. Meski demikian, mereka tetap harus memperhatikan situasi keamanan terlebih dahulu. 

“Kami juga akan terus berkomunikasi dengan mitra kami terkait bantuan yang dibutuhkan terutama di rumah sakit-rumah sakit yang menjadi lokasi pengungsian utama,” sambungnya.

Direktur Komunikasi dan Teknologi Dompet Dhuafa, Prima Hadi Putra mengatakan bantuan dalam bentuk natura dan sejenisnya memang belum bisa masuk melalui pintu Rafah meski telah dibuka. Hal ini, mengingat banyaknya antrean kendaraan di perbatasan Mesir- Palestina ini. 

“Pintu Rafah dalam sehari hanya bisa masuk belasan truk saja sedangkan kebutuhan penduduk Gaza lebih dari 300 truk, antrian pun begitu panjang sehingga bantuan belum dapat masuk,” katanya.

Dia menjelaskan, bantuan yang diberikan kepada Gaza baru berupa uang tunai. Seorang relawan Dompet Dhuafa di Gaza, Palestina dr. Mohammed J Shabat mengatakan saat ini bantuan Dompet Dhuafa diserahkan seluruhnya kepada RS Gaza setempat. Tiga RS utama di Gaza Utara misalnya yakni, RS Indonesia, RS Kamal Adwan dan RS Al Awda, menjadi tempat pengungsian utama.

“Bahan bakar untuk menyalakan listrik difokuskan ke tiga RS tersebut karena menjadi tempat pengungsian,” ujarnya.

Baca juga: Ditengah Kondisi Obat Bius Kosong dan Listrik Padam, Tim Medis Terus Berikan Pertolongan Pada Korban Serangan Israel

Demikian akibat listrik yang padam, instalasi pompa air dan filtrasi semua padam kecuali di rumah sakit. Dia menjelaskan, air bersih yang dibutuhkan warga hanya dapat diambil dari tiga RS tersebut.

“Dahulu setiap enam jam listrik menyala, enam jam padam, sejak agresi terakhir, seluruh listrik padam dan kami hanya mengandalkan bahan bakar yang tersedia, diperkirakan hanya dapat bertahan tujuh hingga 10 hari kedepan,”

Saat ini seluruh pom bensin yang ada dikuasai oleh pemerintah. Kebutuhan bahan bakar yang ingin digunakan harus berkoordinasi dengan pemerintah. Ketika Israel meminta warga mengungsi ke Gaza Selatan, dan berjanji tidak menyerang. Nyatanya dalam waktu dua jam mereka menyerang warga di Gaza Selatan. RS di Gaza Selatan pun kelimpungan dalam menangani korban serangan. Mereka juga membutuhkan bantuan medis yang sama seperti di Gaza Utara.

General Manager Rumah Zakat Action Izatul Yazid menyebut, sejak pecah konflik kemanusiaan pada 7 Oktober 2023, pihaknya telah mengambil langkah untuk turut andil membantu masyarakat Palestina yang terdampak. Hal ini dilakukan dengan menyediakan bantuan berupa makanan, obat-obatan dan kebutuhan logistik lainnya.

“Untuk mengoptimalisasi bantuan kemanusiaan yang dapat diberikan bagi masyarakat Palestina, Rumah Zakat menerima penitipan infaq kemanusiaan bagi Palestina, melalui beragam kanal yang ada di Rumah Zakat seperti website dan transfer,” ujarnya dikutip dari Republika, Jumat (27/10/2023).

Hingga Kamis, 26 Oktober 2023, Rumah Zakat dikabarkan telah menyalurkan 3.220 paket bantuan paket makanan siap saji, 282 paket obatan-obatan ke RS Gaza, serta 282 paket makanan atau food basket.

Kabarnya, hingga November 2023 nanti Rumah Zakat akan menyalurkan 10.000 paket makanan siap saji, 475 paket obat-obatan dan 475 paket food basket. Selain itu, ditargetkan pula pengiriman 200 paket musim dingin dan 1 ambulance akan beroperasi selama enam bulan di Palestina.

Dalam menyalurkan bantuan, Rumah Zakat disebut telah memiliki jaringan mitra lokal yang berada di Palestina. Selain itu, pihaknya  menitipkan bantuan melalui Kedubes Palestina, Forum Zakat (FOZ) dan juga Baznas.

“Rumah Zakat juga berencana menurunkan tim kemanusiaan (truk kebaikan) langsung ke Palestina. Saat ini koordinasi terus dilakukan melalui pemerintah Indonesia, Kementerian Luar Negeri dan asosiasi, untuk mendukung upaya ini dapat dilakukan,” lanjut dia.

Adapun terkait bantuan yang diberikan, disampaikan hal ini mengikuti kebutuhan mendesak masyarakat Palestina yang terdampak konflik kemanusiaan. Beberapa barang tersebut antara lain makanan siap saji, air bersih, obat-obatan dan medis, bahan bakar, serta pakaian hangat mengingat sebentar lagi masuk musim dingin.

Sumber: Republika

[post-views]
Selaras