Gaza, mu4.co.id – Sebanyak 5 pengungsi Palestina meninggal dunia dan beberapa lainnya mengalami luka-luka setelah parasut yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza melalui jalur udara mengalami kerusakan dan jatuh menimpa warga di bawahnya.
Kerusakan pada parasut tersebut mengakibatkan sebuah paket jatuh ke arah kerumunan orang yang sedang menunggu makanan di utara kamp pengungsian Shati, Kota Gaza.
Kantor media pemerintah di Gaza telah mengonfirmasi jumlah korban insiden yang terjadi pada Jumat (8/3) kemarin.
Mereka mengutuk bantuan kemanusiaan yang dijatuhkan dari udara “tidak berguna”, hanya merupakan propaganda mencolok dan bukan layanan kemanusiaan yang sesungguhnya.
“Kami sebelumnya memperingatkan bahwa hal itu menimbulkan ancaman bagi kehidupan warga di Jalur Gaza dan inilah yang terjadi hari ini ketika paket-paket tersebut jatuh menimpa kepala warga,” pernyataan kantor media pemerintah Gaza, dikutip dari CNN, Ahad (10/3).
Sementara itu, Militer Amerika Serikat selaku pengirim bantuan tersebut menolak bertanggungjawab atas insiden ini.
“Kami mengetahui laporan mengenai warga sipil yang terbunuh akibat bantuan kemanusiaan lewat udara. Kami menyampaikan simpati kepada keluarga yang meninggal. Bertentangan dengan beberapa laporan, itu bukan akibat bantuan udara dari AS,” demikian pernyataan Komando Pusat AS.
Hani Mahmoud, seorang jurnalis Al Jazeera di Rafah, menyatakan bahwa masyarakat Palestina sedang menghadapi “tragedi” di utara Gaza.
“Mereka tidak hanya dihadapkan pada kekurangan makanan dan pasokan medis, namun saat mereka menunggu paket makanan, mereka juga jadi sasaran militer” ucap Mahmoud.
UNRWA, badan bantuan terbesar PBB di Gaza, menyatakan bahwa pihak berwenang Israel telah melarang pengiriman pasokan bantuan ke bagian utara Gaza sejak 23 Januari lalu. Akibatnya, beberapa negara seperti AS, Yordania, Uni Emirat Arab, dan Mesir, menggunakan jalur udara sebagai alternatif untuk mengirim bantuan ke Gaza.
Namun, pendekatan ini justru mendapat kritik dari lembaga bantuan karena dianggap mahal dan tidak efektif untuk menyalurkan makanan maupun pasokan medis.
Program Pangan Dunia (WFP) mengklarifikasi bahwa metode kontroversial seperti itu seharusnya menjadi opsi terakhir.
Sumber: CNN Indonesia