Bali, mu4.co.id – Sejak Selasa (9/9), sejumlah wilayah di Bali diguyur hujan deras. Hujan deras ini menyebabkan sebagian wilayah terdampak banjir, seperti Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana, Gianyar, Klungkung, Badung, Tabanan, dan Kecamatan Negara.
Jalur utama Denpasar–Gilimanuk terputus total akibat banjir besar, dengan titik terparah berada di Jalan Udayana, tepat di depan Kantor PDAM Tirta Amerta Jati, Kecamatan Negara.
Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 202 kepala keluarga (KK) atau 620 jiwa terdampak banjir dan 14 orang tewas akibat banjir. Sementara itu, enam orang masih hilang.
Baca Juga: Demo di Nepal Chaos Hingga Gedung Parlemen Dibakar. Bagaimana Kronologinya?
Banjir setinggi dada orang dewasa membuat semua kendaraan, termasuk truk dan bus, terhenti. Meski hujan reda Rabu pagi, genangan tetap tinggi sehingga mobil dan motor harus dialihkan ke jalur alternatif.
Pakar BRIN Ungkap Alasannya
Pakar klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menyebutkan curah hujan di Sanur mencapai 216 mm, sehingga tergolong hujan ekstrem.
Salah satu faktor pemicunya adalah anomali sirkulasi atau Badai Vortex 93S. Erma menjelaskan, badai ini terbentuk sejak Dasarian II September dan telah terdeteksi melalui instrumen Kamajaya milik BRIN.
Baca Juga: Israel Serang Qatar. Iran Kecam Sebut Langgar Aturan Internasional!
“Kemudian yang kedua, itu berhubungan dengan aktivitas gelombang Roseby. Roseby ini yang sebenarnya berpengaruh besar terhadap penjalaran uap air dari Samudera Hindia ke wilayah Jawa, Bali, dan seterusnya di selatan. Sumatera termasuk yang pertama kali termasuk ke Sumatera juga hujannya,” jelas Erma dikutip dari CNBC, Kamis (11/9).
Erma menjelaskan, Badai Vortex 93S saja tidak cukup memicu penjalaran uap air. Fenomena Roseby-lah yang membuat uap air bergerak dari barat ke timur.
(CNBC, detik news, Tempo, Tirto.id)