Media Utama Terpercaya

25 Juni 2025, 18:08
Search

Bagaimana Derajat Hadits Puasa Akhir dan Awal Tahun Hijriah?

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Puasa Akhir & Awal Hijriah
Derajat Hadits Puasa Akhir dan Awal Tahun Hijriah [Foto: AI/ mu4.co.id]

Banjarmasin, mu4.co.id – Sebagian orang ada yang mengkhsuskan puasa di akhir dan awal tahun Hijriah yaitu pada tanggal 29 atau 30 Dzulhijjah dan 1 Muharram.

Mereka menyandarkan pada dalil hadits berikut ini,

مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ ، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ المَاضِيَةَ بِصَوْمٍ ، وَافْتَتَحَ السَّنَةُ المُسْتَقْبِلَةُ بِصَوْمٍ ، جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَارَةٌ خَمْسِيْنَ سَنَةً

Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan Dzuhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharrom, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah ta’ala menjadikan kaffarot/ penebus dosanya selama 50 tahun.” Hadits ini disebutkan oleh Asy Syaukani dalam Al Fawa-id Al Majmu’ah (96) dan Ibnul Jauzi menyebutkannya dalam Al Mawdhu’at (2: 566).

Baca juga: Kapan 1 Muharram 1447 H Menurut Pemerintah, Muhammadiyah, dan NU?

Lantas bagaimana derajat hadits tentang puasa akhir dan awal tahun hijriah tersebut?

Dalam perawinya terdapat Ahmad bin Abdillah Al-Harawi dan Wahb bin Wahb yang termasuk perawi lemah, kadzzab alias pembohong. (Abdurrahman As-Suyuthi, Al-La’ali Al-Mashnu’ah, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: tanpa catatan tahun], juz II, halaman 92).

Adz Dzahabi dalam Tartib Al Mawdhu’at (181) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan gurunya –Wahb bin Wahb- yang meriwayatkan hadits ini termasuk pemalsu hadits.

Asy Syaukani dalam Al Fawa-id Al Majmu’ah (96) mengatan bahwa ada dua perawi yang pendusta yang meriwayatkan hadits ini.

Ibnul Jauzi dalam Al Mawdhu’at (2: 566) dengan sanadnya sampai kepada Ibnu Abbas mengatakan bahwa Al-Harawi adalah al-Juwaibari dan Wahb, yang meriwayatkan hadits ini keduanya adalah pendusta dan pemalsu hadits.

Baca juga: Dianjurkan Puasa Tasu’a dan ‘Asyura di Bulan Muharram. Kapan Dikerjakannya?

Kesimpulannya, hadits yang menceritakan keutamaan puasa awal dan akhir tahun adalah hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan dalil dalam amalan. Oleh karena itu, puasa seperti itu tidaklah diperintahkan. Sehingga tidak perlu mengkhususkan puasa pada awal dan akhir tahun karena haditsnya jelas-jelas lemah. Dalil hadits yang kuat hanya memerintahkan untuk mengerjakan puasa Tasu’a dan ‘Asyura tanggal 9 dan 10 Muharram.

Demikian pula dengan pengkhususan do’a awal dan akhir tahun tidak ada perintahnya. Sebagaimana yang disampaikan Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid berkata dalam Tashihud Dua: “Tidak ada dalam syari’at ini sedikit pun do’a atau dzikir untuk awal tahun atau menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan shalat, dzikir atau do’a, puasa akhir tahun, dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali!”.

Sedangkan Syekh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullahu, ketika ditanya perihal kondisi sebagian kaum muslimin yang mengkhususkan akhir tahun dengan doa tertentu, beliau hafidzahullahu menjawab, “Ini termasuk hal yang tidak dibenarkan. Tidak boleh mengkhususkan ibadah tertentu untuk akhir tahun, baik berupa perayaan, saling mengucapkan selamat, zikir, dan doa. Semua hal tersebut tidak diperbolehkan. Para salaf tidak ada yang mengerjakan hal ini.”

[post-views]
Selaras